Mohon tunggu...
Jevanya Avra Fredelina
Jevanya Avra Fredelina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mutiara Hitam

23 November 2024   19:59 Diperbarui: 23 November 2024   22:53 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mutiara Hitam

Konon di sebuah laut luas terdapat pulau-pulau kecil. Di antara pulau-pulau itu berdiri tegak dua kerajaan besar bernama Azuretra dan Veilstead. Kata seorang kakek yang bercerita kepada cucu perempuan pertamanya di sebuah gubuk reot pesisir pantai di bawah pohon kelapa yang belum beranjak tinggi.

Kakek itu lalu melanjutkan cerita. Di kerajaan Azuretra, mereka memiliki ratu yang bernama Anandini. Ia adalah seorang putri yang baik hati serta ramah kepada setiap orang. Dan Ratu Andini dikenal kerap menolong banyak orang. Sedangkan di kerajaan Veilstead, mereka memiliki ratu yang bernama Ireshi. Ratu Ireshi sangat suka mendatangi kerajaan Azuretra. Akan tetapi, kedatangannya kerap meninggalkan masalah. Apa yang ada di dalam Ratu Ireshi adalah kebalikan dari Ratu Anandini.

"Kek... Apakah Ratu Ireshi jahat?" tanya cucunya penasaran. Namun, kakeknya membalas dengan senyum lalu melanjutkan kisahnya.

Suatu hari di pagi yang cerah. Ratu Anandini bangun dari tidur pulasnya. Ia lantas beranjak dan melihat keadaan di luar kerajaan dari balkon kamarnya. Ratu Anandini melihat banyak sekali orang-orang sekitar yang sedang bekerja, ada yang sedang bermain, belajar dan lain sebagainya. Tak lama kemudian, Ratu Anandini memutuskan untuk keluar dari istana dan berkeliling. Ia memandang lautan sangat bersih dan indah, semuanya damai dan tentram.

Si Cucu semakin khusyuk. Mendengar kakeknya bercerita.

Hingga pada suatu malam, di satu pulau yang lain yaitu di kerajaan Veilstead, para petingginya kumpul di sebuah ruang yang sangat besar sedang mengadakan rapat penting. Mereka sedang merencanakan sesuatu. Rencana yang sudah lama diidam-idamkan, yaitu merebut mutiara hitam yang bentuknya sebesar tangan mengepal.

Konon mutiara hitam itu adalah sebuah kunci untuk menemukan harta karun yang terpendam di dasar laut di antara dua pulau yang mengapit dua kerajaan. Semua yang hadir di ruang rapat tertegun mendengar Ratu Ireshi menjelaskan. Hartu karun yang katanya tidak akan pernah habis itu kelak akan dibuat membeli peralatan perang yang canggih hingga tiada tanding.

"Tuh kan! Benar kataku kan. Kalau Ireshi itu jahat." Ujar si cucu yang kali ini membuat kakeknya tersenyum lebar dan semakin semangat bercerita.

Para petinggi berusaha meyakinkan Ratu Ireshi, kalau pasukan yang dimiliki siap menerima perintah untuk berperang demi mendapatkan mutiara hitam itu. Akan tetapi, Ratu Ireshi menolak. Ia akan mencoba cara lain. Para petinggi yang mendengar hal itu kemudian tepuk tangan. Ratu Ireshi berusaha menenangkan suasana. Tidak lama kemudian, Ratu Ireshi berkata, "Untuk mendapatkan mutiara itu kita akan menggunakan sihir yang paling hebat, yang belum pernah kalian saksikan." Rapat malam itu kemudian diakhiri dengan tepuk tangan yang tidak bisa lagi dibendung.

"Nak!" panggil seorang ibu dari kejauhan. Dan anak perempuannya bergegas menghampiri.

"Pelan, ya!" kata ibunya dengan suara lembut.

Sesaat cucu dan kakek itu sudah duduk di gubuk reot lagi sembari menikmati degan ijo yang sangat segar.

"Kek! Lanjut cerita lagi ya."

Kakek mengangguk.

Setelah dua minggu berlalu di kerajaan Azuretra di sebuah ruang yang megah. Ratu Ireshi akhirnya bertatap muka dengan Ratu Anandini dalam satu meja yang panjang. Di atas meja itu sudah di penuhi aneka makanan yang lezat. Mereka berdua saling bercerita tentang situasi terkini di masing-masing kerajaan. Ratu Ireshi lebih menguasai tema obrolan. Ratu Anandini setia mendengarkan.

Sebelumnya. Ratu Anandini sudah tahu maksud di balik kedatangan Ratu Ireshi. Akan tetapi, Ratu Anandini tidak mau berburuk sangka. Sebab kedatangan Ratu Ireshi tidak dengan membawa bala tentara. Dia datang sebagai tamu. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban Ratu Anandini menghormati seorang tamu.

Satu minggu sebelum pertemuan malam itu terjadi. Ratu Ireshi menemui seorang nenek tua berbaju serba hitam dan bertopi kerucut yang juga berwarna hitam. Tongkatnya yang meliuk-liuk juga berwarna hitam. Semuanya serba hitam. Hingga lampu di dalam rumahnya memancarkan warna hitam sehingga cahaya rumah nenek itu terlihat remang-remang. Dan Ratu harus ikut aturan main saat di rumah itu.

Si nenek sihir memberikan ramuan jahe sebanyak satu botol. Lalu ramuan itu diminumkan pada kucing belang hitam yang kebetulan tertangkap lewat. Namun, tiba-tiba kucing itu perlahan mematung.

"Berapa lama?" tanya Ratu sesaat.

"Setengah jam saja!"

Ratu mengangguk kecil.

***

Keesokan paginya seorang pria nun gagah menghadap Ratu Anandini. Dia adalah penasehat terbaik kerajaan Azuretra.

"Bagaimana reaksi ramuan itu Tuan?" tanya Ratu Anandini penasaran.

"Cukup cepat Yang Mulia. Seperti ramuan jahe, tapi... Panasnya perlahan menyengat dan membuat tubuh kami mendadak kaku." Jawab penasehat dengan perasaan was-was.

"Adakah sesuatu yang Tuan kawatirkan?"

"Saya siap menerima hukuman atas kelalaian ini Yang Mulia."

"Ini bukan salahmu Tuan. Aku sudah memikirkannya matang-matang."

"Ta-tapi... Saat ini mutiara hitam itu ada di tangan Ratu Ireshi, Yang Mulia!"

"Batu itu! Lebih tahu siapa tuannya."

Tuan Penasehat mengangguk kecil.

Tiga hari berlalu kerajaan Veilstead masih dipenuhi suka cita. Keberhasilan mendapatkan mutiara hitam harus dirayakan. Semua penduduk dilarang bekerja, dilarang belajar, dilarang melakukan aktifitas apa pun kecuali bersenang-senang. Tenggelam dalam minuman tuak. Menghabiskan berpuluh-puluh gentong bir. Sebab, sebentar lagi mutiara hitam akan dihidupkan melalui sebuah bejana. Dan setelah itu mereka semua akan kaya raya.

Para sesepuh kerajaan Veilstead berkumpul. Ritual segera dimulai. Meletekan mutiara hitam ke sebuah bejana khusus. Menurut para leluhur hanya seorang Ratu yang boleh melakukannya. Karena ritual kali ini bisa mendatangkan harta karun yang melimpah Ratu Ireshi melakukannya di ruangan yang begitu besar. Atapnya berbentuk bulat. Dindingnya melingkar dihiasi puluhan kaca yang mengkilat. Di setiap sela-sela kaca terdapat lukisan para leleuhur Ratu Ireshi. Sudah sepantasnya Ratu Ireshi melakukannya di ruangan ini.

Ritual pun dimulai. Serentak semua kepala tertunduk. Sorot mata terpejam. Mutiara hitam sudah di atas bejana. Sesaat mutiara hitam mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Ratu Ireshi tak kuasa menahan sambaran cahaya itu. Kemudian ia menaikkan lengan melindungi matanya. Cahaya memantul kesana kemari menusuk ke sela-sela lukisan hingga masuk ke mata para leluhur yang terlihat menyala. Tidak lama kemudian cahaya putih itu perlahan meredup. Sorot mata semua tertuju pada mutiara hitam. Lalu dari bagian bawah mutiara hitam mengeluarkan sepucuk perkamen kecil. Dengan cepat Ratu Ireshi mengambilnya. Akhirnya petunjuk harta karun yang selama ini diidamkan datang. Ia membuka dengan tak sabar. Sesaat matanya terbelalak. Napasnya terasa berat. Ia membaca dengan seksama.

100 tahun yang lalu semua pulau-pulau kecil itu hanya milik kerajaan Azuretra. Dan beberapa orang itu memohon kiranya kerajaan Azuretra merelakan salah satu pulau itu untuk mereka tempati. Kerajaan Azuretra mengizinkan, sebab orang-orang itu selama ini punya andil penting dalam memajukan kerajaan Azuretra. Demi mendukung keberagaman, dipilihlah satu tokoh di antara orang-orang tersebut untuk mendirikan kerajaan. Kelak kerajaan itu diberi nama Veilstead. Para Penasehat Tertinggi dari kerajaan Azuretra yang memberi nama tersebut.

Ratu Ireshi tidak percaya. Kakek nenek buyutnya saat itu adalah seorang tokoh yang dipilih langsung dari kerajaan Azuretra untuk menjadi raja di kerajaan Veilstead.

"Begitulah ceritanya berakhir." Kata seorang kakek sembari mengelus-elus rambut cucunya.

"Nak!" panggil seorang ibu kepada anaknya.

"Kek! Ayo!" si cucu menarik tangan kakek untuk masuk rumah yang tak jauh dari gubuk reot itu.

Bapak dan ibu anak itu baru saja selesai berkemas. Mereka harus kembali ke kota, melanjutkan rutinitas.

"Oh ya Kek! Apakah Ratu Anandini dan Ratu Ireshi berteman lagi?"

"Mereka berdua akhirnya berkawan seumur hidup." Jelas kakek singkat kemudian memeluk cucunya. Melanjutkan, "Nih! Buat cucuku yang paling cantik!"

Sebuah mutiara hitam persis seperti yang diceritakan tadi.

"Waow! Hore! Aku jadi Ratu Anandini!" Teriak cucunya penuh suka cita.

Ibu dan Bapaknya menggeleng. Lelaki paruh baya itu menyimpan mutiara hitam lebih dari 25 tahun persis saat anaknya menerima mutiara hitam itu saat berumur 6 tahun sebagai hadiah ulang tahun dari bonus sebuah dongeng majalah anak-anak.

TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun