Mohon tunggu...
Jeilanzia T S Alves
Jeilanzia T S Alves Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

dayseeyou

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Ubermensch Menurut Nietzsche

21 November 2023   00:03 Diperbarui: 21 November 2023   06:07 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenal bermensch Menurut Nietzsche

Seorang filsuf dan kritikus asal Jerman yang menerbitkan buku secara intensif pada tahun 1870-an hingga 1880-an, ialah Friedrich Nietzsche (1844-1900). Dikenal karena kritiknya yang tanpa kompromi terhadap moralitas dan agama tradisional Eropa, Nietzsche juga mempunyai gagasan filosofis konvensional dan kesalehan social dan politik yang terkait dengan modernitas. Oleh karena itu  ia sering dikaitkan dengan sekelompok pemikir modern akhir (termasuk Marx dan Freud) yang mengajukan "hermeneutika kecurigaan" terhadap nilai-nilai tradisional (lihat Foucault [1964] 1990, Ricoeur [1965] 1970, Leiter 2004 ). Ia juga menggunakan analisis psikologisnya untuk mendukung teori orisinal tentang hakikat diri dan proposal provokatif (usulan yang sengaja dirancang untuk memancing perhatian) yang mana menyarankan nilai-nilai baru menurut Nietzsche akan mendorong pembaruan budaya dan meningkatkan kehidupan sosial dan psikologis dibandingkan dengan kehidupan di bawah nilai-nilai tradisional yang ia kritik.

Ada beberapa teori kunci dari Nietzsche seperti: Voluntarisme dan Kekuatan Kehendak (Will to Power), Kritik terhadap Moralitas Tradisional, bermensch (Superman atau Beyond-Man) , Eternal Recurrence (Kembalinya Kekal), Perspektivisme,  Kritik terhadap Agama dan Nihilisme, Artistic Genius (Kemampuan Seni), Kritik terhadap Budaya Massa. Pemikiran Nietzsche tidak selalu mudah dipahami dan seringkali diartikan dengan berbagai cara. Meskipun banyak elemen kontroversial dalam pandangan Nietzsche, pemikirannya terus menjadi objek kajian dan debat di dunia filsafat.

Namun diantara teori kunci dari Nietzsche, yang akan dibahas disini adalah bermensch, atau yang sering diterjemahkan sebagai "Superman" atau "Beyond-Man," adalah konsep sentral dalam filsafat Friedrich Nietzsche. Gagasan ini diperkenalkan oleh Nietzsche dalam karyanya yang terkenal, "Also sprach Zarathustra" (Thus Spoke Zarathustra).

Nietzsche (Lih. Za/ZA) menyajikan bermensch (di luar manusia) dan menjelaskan laki-laki unggul sebagai pemegang seni, politik dan pretensi sosial. Laki-laki cenderung memahami ajaran Zarathustra (seorang pemimpin spiritual), mampu mencari penyelesaian masyarakat dan menciptakan nilai-nilai baru yang bertentangan dengan manusia terakhir yang tidak menciptakan dan meniadakan dirinya sendiri.

Awalnya, kata ber dipahami sebagai melampaui atau di atas, dimana bagi Nietzsche, ungkapan melampaui manusia tidak mengacu pada mitos di mana umat manusia akan mengatasi kejatuhannya, tetapi potensi manusia yang tidak akan pernah ada. telah terwujud. Menurut Nietzsche (Bdk. Za/ZA, Of the Priests), "tidak pernah ada manusia super".

Konsep tipe yang lebih unggul dari manusia diuraikan pada momen yang berbeda dari karya Nietzsche. Menurut Paschoal (2007), istilah bermensch tidak selalu merujuk pada arti yang sama. Untuk memahami temuan ini, perlu untuk mendiagnosis tiga periode berbeda dalam pemikirannya tentang bermensch, yang mengarahkan istilah tersebut untuk mencapai dukungan dalam maknanya, dan momen di mana istilah tersebut disajikan dalam filsafat Nietzsche.

Berikut ini adalah tiga periode berbeda dalam pemikiran Nietzsch tentang bermensch:

Pemikiran Awal (Awal 1870-an)

Pada awal 1870-an, Nietzsche mulai mengembangkan gagasan tentang bermensch sebagai bagian dari proyek filsafatnya yang lebih luas. Dalam karyanya yang berjudul "Thus Spoke Zarathustra" (Also sprach Zarathustra), Nietzsche menggunakan karakter fiksi Zarathustra untuk menyampaikan gagasan-gagasan filosofisnya, termasuk konsep bermensch. Pada periode ini, konsep bermensch lebih terkait dengan ide kemajuan dan kemungkinan evolusi manusia menuju keadaan yang lebih tinggi. Nietzsche menyuarakan pandangan bahwa manusia seharusnya melampaui diri mereka sendiri, menolak norma-norma konvensional, dan mencapai kekuatan spiritual yang lebih tinggi.

Periode Pertengahan (Pertengahan hingga Akhir 1880-an)

Pada pertengahan hingga akhir 1880-an, Nietzsche memperdalam pemikirannya tentang bermensch dan menyatukannya dengan ide-ide filosofisnya yang lain. Ia mulai menyoroti konsep etika yang berpusat pada kemauan untuk kekuasaan (will to power) dan menciptakan narasi tentang bagaimana manusia dapat melampaui kondisi mereka saat ini. Dalam karya-karya seperti "Beyond Good and Evil" dan "Genealogy of Morals," Nietzsche menyatakan kritiknya terhadap moralitas tradisional dan mengembangkan konsep moralitas yang didasarkan pada kemauan untuk kekuasaan. bermensch menjadi pemikiran utama dalam mencapai pembebasan dari moralitas budak yang dianggapnya membatasi perkembangan manusia.

Periode Terakhir (Akhir 1880-an hingga Kematian)

Pada periode terakhir pemikirannya, Nietzsche mengalami kondisi kesehatan yang semakin memburuk dan akhirnya mengalami kegilaan pada tahun 1889. Meskipun kondisinya memburuk, Nietzsche menulis beberapa karya yang lebih pendek dan kompleks, seperti "Ecce Homo" dan "The Will to Power." Konsep bermensch tetap hadir dalam pemikirannya, tetapi sering kali dengan ungkapan dan formulasi yang lebih kompleks dan terkadang ambigu. Nietzsche tetap mengeksplorasi ide-ide tentang kekuatan kreatif, kebebasan dari norma konvensional, dan kemungkinan perkembangan manusia ke tingkat yang lebih tinggi.

Walaupun tidak dapat menyelesakan karyanya selama ketiga periode tersebut, namun Nietzsche berhasil menjadikan konsep bermensch tetap menjadi salah satu gagasan utamanya dan memberikan kontribusi besar terhadap pemikiran filosofis abad ke-20.

 

Berikut ini adalah beberapa poin penting terkait dengan konsep bermensch:

Melampaui Kondisi Manusia Saat Ini. bermensch adalah konsep individu yang mampu melampaui kondisi manusia saat ini, mencapai tahap yang lebih tinggi dalam evolusi manusia. Ini melibatkan transcendensi terhadap keterbatasan-keterbatasan dan norma-norma konvensional yang mengikat manusia pada tingkat perkembangan saat itu.

Penolakan Terhadap Moralitas Konvensional. bermensch menolak moralitas tradisional yang menurut Nietzsche melibatkan "moralitas budak," yang menekankan penderitaan, rasa bersalah, dan merendahkan hasrat manusia. Sebaliknya, bermensch menciptakan nilai-nilai mereka sendiri dan mengikuti "moralitas bangsawan" yang menekankan pada kebebasan, kreativitas, dan kekuasaan.

Kreativitas dan Kemauan untuk Kekuasaan. bermensch dihubungkan dengan kreativitas, kemampuan untuk menciptakan nilai-nilai baru, dan kemauan untuk mencapai kekuasaan dalam arti positif. Ini bukanlah dominasi tirani, melainkan penciptaan nilai-nilai yang muncul dari kekuatan kehendak yang kuat.

Pencarian Kebenaran Pribadi. Individu yang mencapai tingkat bermensch dianggap mampu menentukan kebenaran mereka sendiri. Mereka tidak terikat oleh norma-norma atau otoritas eksternal, melainkan menggali kebenaran yang bersifat pribadi dan autentik.

Bertanggung Jawab atas Kehidupan Sendiri. bermensch menganggap dirinya bertanggung jawab penuh atas kehidupan dan tindakan mereka. Mereka tidak mencari alasan atau pembenaran eksternal untuk keberadaan mereka, melainkan menerima tanggung jawab penuh atas penciptaan makna dan arah hidup mereka.

Mengatasi Nihilisme. Nietzsche melihat konsep bermensch sebagai jawaban terhadap ancaman nihilisme, yaitu penolakan terhadap nilai dan makna dalam kehidupan. bermensch adalah cara untuk mengatasi krisis nilai dengan menciptakan nilai-nilai baru yang berasal dari kebebasan dan kreativitas manusia.

Proses Evolusi Kemanusiaan. Konsep bermensch tidak hanya mengacu pada individu tertentu, tetapi juga mencerminkan sebuah proses evolusi kemanusiaan. Nietzsche memandangnya sebagai tujuan yang dapat dicapai manusia melalui perkembangan roh dan kesadaran kolektif.

 

Kesimpulan: 

Kritik Nietzsche mencakup apa yang faktual tentang manusia. Dengan demikian, pentingnya menghadirkan alam luar manusia sebagai salah satu tonggak filsafatnya mempunyai karakter esensial bagi peneguhan kehidupan karena pemahamannya tentang melampaui, membedakan dirinya sebagai usulan yang dihasilkan dari kemauan untuk berkuasa yang berlaku. transvaluasinya.

Dengan demikian, alam luar manusia menampilkan dirinya sebagai sebuah pembuka bagi penegasan manusia dalam menghadapi berbagai manifestasinya, atas keasliannya dalam menghadapi kehidupan, kontras dengan keadaan konservasi yang dipaksakan. Dengan kata lain, usulan Nietzschean tentang bermensch dihadirkan sebagai sebuah kemungkinan, jalan bagi manusia untuk menghadapi proses dehumanisasi dunia akibat krisis nilai.

Sumber:

Anderson, R. L. (2017). Friedrich Nietzsche. Retrieved from Stanford Encyclopedia of Philosophy: https://plato.stanford.edu/entries/nietzsche/

Oliveira, E. M. (2019). BERMENSCH: UMA PROPOSTA NIETZSCHIANA. PROBLEMATA, 256, 257, 258.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun