Mohon tunggu...
Jehezkiel
Jehezkiel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43223110001 | Program Studi: Strata Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Koruspi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   11:38 Diperbarui: 21 November 2024   11:38 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mangkunegara IV, yang bertahta dari tahun 1853 hingga 1881, merupakan penguasa keempat dari Kadipaten Mangkunegaran, sebuah kerajaan kecil di Jawa yang terletak di wilayah Surakarta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, visioner, dan modernis, yang membawa Mangkunegaran menuju masa keemasan melalui berbagai kebijakan inovatif. Relevansinya dalam konteks sejarah Indonesia terletak pada perannya dalam memajukan ekonomi, seni budaya, dan pemerintahan di wilayahnya, serta pengaruhnya terhadap perkembangan Jawa dan Indonesia secara keseluruhan.

 

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan dalam Serat Wedhatama oleh Mangkunegara IV

dokumen pribadi 
dokumen pribadi 

Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV mengandung banyak ajaran moral dan kebijaksanaan yang relevan untuk kepemimpinan. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang diajarkan dalam karya ini:
1. Eling lan Waspada
Selalu ingat kepada Tuhan dan waspada terhadap sesama serta alam. Ini mencakup kesadaran vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan sesama dan lingkungan). Seorang pemimpin harus selalu sadar akan tanggung jawab spiritual dan sosialnya, serta menjaga keseimbangan antara keduanya.
2. Atetambo Yen Wus Bucik
Jangan menunggu sampai terluka untuk berobat. Artinya, cegahlah masalah sebelum terjadi. Pemimpin harus proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah sebelum mereka berkembang menjadi krisis.
3. Awya Mematuh Nalutuh
Menghindari sifat angkara dan perbuatan nista. Jangan marah-marah tanpa alasan. Pemimpin harus mengendalikan emosinya dan tidak bertindak berdasarkan kemarahan atau kebencian.
4. Gonyak-Ganyuk Ngelingsemi
Kurang sopan santun dan memalukan. Pemimpin harus selalu menjaga sopan santun dan etika dalam setiap tindakan dan ucapannya.
5. Nggugu Karepe Priyangga
Jangan bertindak sendiri tanpa bisa diatur. Menjebak angganira (dapat menempatkan diri), Angger ugering keprabon (mematuhi tatanan negara). Pemimpin harus bisa bekerja sama dan mematuhi aturan serta tatanan yang ada.
 6. Bangkit Ajur Ajer
Bergaul dengan siapa pun. Pemimpin harus mampu bergaul dan berinteraksi dengan berbagai kalangan, tanpa memandang status atau latar belakang.
7. Mung Ngenaki Tyasing Lyan
Menyenangkan orang lain meskipun berbeda. Pemimpin harus berusaha untuk membuat orang lain merasa nyaman dan dihargai, meskipun ada perbedaan.
8. Den Iso Mbasuki Ujaring Janmi
Pura-pura bodoh, sinamun ing samudana (cara halus pura-pura), baik (sesadon ing adu manis). Pemimpin harus bijaksana dan kadang-kadang menggunakan pendekatan yang halus untuk mencapai tujuan.
9. Ngandhar-Andhar Angendhukur, Kandhane Nora Kaprah
Berbicara baik, logistik, data, jelas, dan rendah hati. Anggung Gumrunggung (suka sombong itu bodoh), Ugungan sedina-dina (ingin dipuji setiap hari). Pemimpin harus berbicara dengan jelas, berdasarkan data, dan rendah hati. Menghindari kesombongan dan keinginan untuk selalu dipuji.
10. Lumuh Asor Kudu Unggul
Sombong dapat dilihat dari tutur kata, sumengah sesongaran (merendahkan orang lain). Pemimpin harus rendah hati dan tidak merendahkan orang lain. Kesombongan hanya akan merusak hubungan dan kepercayaan.

Mangkunegara IV mengajarkan konsep "Raos Gesang" atau menguasai rasa hidup sebagai bagian dari kepemimpinan yang efektif dan bermakna.

dokumen pribadi 
dokumen pribadi 

1. Bisa Rumangsa, Ojo Rumangsa Bisa

Bisa merasa, bukan merasa bisa. Ini berarti memiliki empati terhadap orang lain dan tidak sombong dengan kemampuan diri sendiri. Seorang pemimpin harus peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta rendah hati dalam mengakui bahwa mereka selalu bisa belajar dan berkembang.

2. Angrasa Wani

Berani salah, berani berbuat, berani mencoba, berani inovasi, dan tidak takut risiko. Pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil tindakan, mencoba hal-hal baru, dan menghadapi risiko. Ini termasuk keberanian untuk membuat kesalahan dan belajar darinya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun