1. Kesederhanaan dan Hidup Seimbang
Prinsip "urip sak madya" atau hidup sederhana yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya hidup dengan cukup dan tidak berlebihan. Dengan menginternalisasi prinsip ini, individu dapat mengurangi dorongan untuk melakukan korupsi demi kekayaan materi yang berlebihan. Hidup sederhana membantu mengurangi godaan untuk menyalahgunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi.
2. Pengendalian Diri dan Refleksi Batin
Prinsip "ngelmu rasa" atau ilmu rasa mengajarkan pentingnya pengendalian diri dan refleksi batin. Dengan memahami dan mengendalikan nafsu serta keinginan pribadi, individu dapat menghindari tindakan korupsi. Refleksi batin membantu individu untuk selalu mengevaluasi tindakan mereka dan memastikan bahwa mereka bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral.
3. Pendidikan dan Pembinaan Moral
Pendidikan yang menekankan nilai-nilai kebatinan seperti kejujuran, tanggung jawab, dan integritas dapat membantu membentuk karakter individu yang berintegritas. Program pendidikan anti-korupsi yang mengintegrasikan ajaran kebatinan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya integritas dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kepemimpinan Berbasis Kebatinan
Pemimpin yang menerapkan prinsip-prinsip kebatinan dalam kepemimpinannya dapat menjadi teladan bagi bawahannya. Dengan menunjukkan integritas, kejujuran, dan pengendalian diri, pemimpin dapat menciptakan budaya organisasi yang bebas dari korupsi. Kepemimpinan yang berlandaskan kebatinan juga mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan.
5. Penerapan Nilai-Nilai Integritas
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah merilis sembilan nilai integritas yang dapat mencegah korupsi: jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Nilai-nilai ini sejalan dengan prinsip-prinsip kebatinan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi.
6. Penguatan Sistem Pengawasan Internal