Mohon tunggu...
Jehezkiel
Jehezkiel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43223110001 | Program Studi: Strata Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Koruspi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   11:38 Diperbarui: 21 November 2024   11:38 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 4. Faktor Psikologis:

 - Niat dan Kesempatan: Korupsi terjadi ketika ada niat dan kesempatan. Individu yang memiliki niat untuk melakukan korupsi akan mencari kesempatan untuk melakukannya.

Menurut Mangkunegara IV hidup di abad ke-19, pemikiran kebatinannya tetap relevan untuk memahami mengapa korupsi masih menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan pemikirannya, korupsi belum menghilang karena beberapa faktor:

 - Kurangnya Kesadaran Diri: Mangkunegara IV menekankan pentingnya Ngasorake Diri (menundukkan diri) untuk mencapai kesadaran diri. Korupsi seringkali terjadi karena kurangnya kesadaran akan konsekuensi tindakan dan dampaknya terhadap orang lain. Individu yang tidak memiliki kesadaran diri cenderung mementingkan keuntungan pribadi dan mengabaikan nilai-nilai moral.

- Keinginan Materialistik: Kebatinan Mangkunegara IV menekankan pentingnya pengendalian diri (Ngrasakake Diri) dan melepaskan diri dari belenggu keinginan materialistik yang berlebihan. Korupsi seringkali didorong oleh keserakahan dan keinginan untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak etis.

- Kelemahan Sistem dan Kelembagaan: Meskipun hukum dan regulasi penting, kelemahan sistem dan kelembagaan dapat menciptakan celah untuk korupsi. Mangkunegara IV mungkin akan berpendapat bahwa korupsi dapat terjadi karena kurangnya integritas dan kejujuran dalam sistem pemerintahan dan lembaga-lembaga terkait.

- Kurangnya Transformasi Kepemimpinan: Mangkunegara IV mungkin akan berpendapat bahwa korupsi belum menghilang karena kurangnya transformasi kepemimpinan diri. Pemimpin yang tidak memiliki kesadaran diri dan integritas, cenderung rentan terhadap korupsi.

Mengapa Transformasi Kepemimpinan Diri itu penting 

Transformasi kepemimpinan diri merupakan proses penting dalam membangun pemimpin yang efektif dan berintegritas, dan pemikiran Mangkunegara IV memberikan perspektif yang unik dan relevan untuk memahami mengapa hal ini penting.

 Mangkunegara IV, sebagai seorang pemimpin Jawa yang visioner, menekankan pentingnya kesadaran diri (Ngasorake Diri) dan pengendalian diri (Ngrasakake Diri) sebagai fondasi untuk membangun kepemimpinan yang kuat. Menurut pemikirannya, transformasi kepemimpinan diri penting karena:

 - Membangun Integritas dan Moralitas: Transformasi kepemimpinan diri dimulai dengan memahami diri sendiri, baik kekuatan maupun kelemahan. Ini memungkinkan individu untuk mengidentifikasi potensi perilaku yang tidak bermoral, seperti korupsi, dan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral. Mangkunegara IV percaya bahwa kepemimpinan yang kuat dibangun di atas fondasi moral yang kokoh, dan transformasi diri adalah kunci untuk membangun fondasi ini.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun