Mohon tunggu...
Jefry Go
Jefry Go Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Learning by Reading & Learning by Writing

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Belajar dari Insiden Air France 447: Terkadang Penyebab Kecelakaan adalah Insting Dasar Manusia

2 April 2015   15:18 Diperbarui: 10 Januari 2021   14:22 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Insiden Air France 447 kala itu mendapat perhatian kalangan internasional. Selain pemerintah Prancis, upaya pencarian korban dan bangkai pesawat juga didukung oleh sejumlah negara.

Kendati demikian, mencari dan mengevakuasi Air France 447 bukan perkara mudah. Pasalnya, tim evakuasi dihadapkan pada medan lautan yang sangat luas. Belum lagi kondisi cuaca dan arus yang semakin menyulitkan lokasi pasti jatuhnya pesawat.

Pencarian korban menunjukkan perkembangan positif pada 7 Juni 2009. Sedikitnya 17 jenazah berhasil dievakuasi. Pada 17 Juni 2009, 50 jenazah telah ditemukan. 

Di samping fokus pada korban, tim juga mengemban misi menemukan kotak hitam (black box) pesawat demi kepentingan penyelidikan. Untuk mendukung pencarian tersebut, Angkatan Laut AS mengirimkan dua perlengkapan pelacak bernama Towed Pinger Locators. Alat ini mampu menangkap sinyal yang dihasilkan black box meski berada di kedalaman samudera.

Evakuasi Air France 447 di Samudera Atlantik (tempo.co)
Evakuasi Air France 447 di Samudera Atlantik (tempo.co)
Di sisi lain, BEA (KNKT-nya Prancis) berkewajiban menguak penyebab jatuhnya pesawat. Kunci untuk menyingkap fakta hanya terletak pada rekaman kotak hitam. Selama kotak hitam belum ditemukan, penyidik hanya bisa berpedoman pada data-data yang dikirimkan pesawat sebelum hilang kontak, serta serpihan badan pesawat.

Investigasi awal menemukan adanya laporan dari sistem pesan otomatis pesawat (ACARS). Dengan sistem tersebut, pesawat dapat melaporkan kondisi komponen-komponennya secara otomatis setiap 10 menit. Tujuannya, untuk mengetahui bilamana ada komponen pesawat yang tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Dari laporan terakhir ACARS sebelum pesawat hilang kontak, seluruh bagian pesawat dalam kondisi baik. Kecuali, ada sedikit masalah dengan tabung pitot yang beku karena tertutup es. Sebagai informasi, tabung pitot adalah komponen kecil yang terletak di bagian moncong pesawat. Fungsinya untuk mengukur kecepatan pesawat terbang melalui aliran udara yang melewati pipa tersebut.

Penyidik BEA Alain Bouillard tidak yakin bahwa pesawat secanggih Airbus A330-200 bisa jatuh hanya gara-gara tabung pitot beku. Menurut dia, kejadian tersebut lazim terjadi pada pesawat yang terbang di ketinggian tertentu lantaran melewati gumpalan awan es, dan itu bukan masalah serius. Bouillard menarik kesimpulan faktor bekunya tabung pitot belum cukup kuat menjatuhkan pesawat Air France 447.

Tak ingin terpaku pada satu data, BEA mencoba mempelajari pola benturan fisik dari serpihan pesawat. Bouillard mencermati bagian dapur pesawat yang berhasil diangkat tim evakuasi. 

Dari serpihan tersebut tampak retakan membujur secara vertikal dari atas ke bawah. Bagi Bouillard, data tersebut dapat menggambarkan posisi jatuhnya pesawat. 

Dia berasumsi, Air France 447 menghantam permukaan laut pada posisi horizontal, bukan menukik dengan moncong pesawat berada di bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun