Mohon tunggu...
Jefri Maradi
Jefri Maradi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teologi

Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sumba Manis: Hadirmu Membuat Air Emas Menjadi Pahit?

17 Mei 2024   00:34 Diperbarui: 17 Mei 2024   01:10 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam studi doktoral saya saat ini di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta, saya menulis sebuah topik untuk satu artikel Jurnal adalah terkait konsep air dalam masyarakat Sumba.

Masyarakat Sumba memiliki falsafah tentang air yang menjadi panduan dalam hidup sehari-hari yaitu Matawai Amahu pada Djara Hamu yang secara harafiah dapat diterjemahkan "mata air emas, Padang kuda yang indah." 

Falsafah ini sudah ada sejak turun temurun dalam kehidupan sosial masyarakat Sumba bahkan sejak kedatangan leluhur mereka ke daratan Sumba. Falsafah inilah yang membentuk identitas masyarakat Sumba di mana air dipandang sebagai pangkal dari segala kehidupan. 

Dari falsafah ini, saya teringat akan Tales, seorang filsuf Yunani yang dikenal sebagai filsuf air. Ia kira-kira menekankan demikian bahwa air adalah sumber dari segala kehidupan di mana air ada di atas langit, di tanah, dan di bawah tanah. Semua memerlukan dan butuh air!

Air menjadi Sumber kehidupan dan bahkan air adalah kehidupan itu sendiri. Ia memberikan kesuburan dan perkembangan biakan. Dalam tradisi masyarakat Sumba, air perlu dijaga karena dari airlah semua kehidupan bermula.

Masyarakat Sumba tahu bagaimana air harus dijaga dengan tidak menebang pohon dengan sembarangan. Bahkan, air diyakini memiliki semacam "roh" yang melindungi sehingga ia harus dilindungi. Perlakuan yang tidak baik pada air berarti sedang merencanakan keburukan relasi antara alam dan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Penebangan hutan secara sembarangan menimbulkan kerugian dan bahkan Kematian yang ditimbulkan oleh kekeringan dan juga banjir kala hujan (hal ini nampak dalam kejadian badai Seroja yang melanda Sumba Timur pada tahun 2021 lalu di mana bendungan Kambaniru hancur akibat banjir).

Fakta menyedihkan saat ini adalah hadirnya perusahaan gula PT. Sumba Manis yang yang merupakan anak perusahaan PT. Djarum. Kehadiran pabrik tersebut memang menunjukkan adanya investor yang menanamkan modal dan menyerap tenaga kerja masyarakat lokal. Namun, kehadirannya dapat menimbulkan kerusakan alam yang berkepanjangan.

Perusahaan tersebut telah menguasai ribuan hektar lahan dan juga menguasai tanah yang tadinya merupakan hutan lindung yang menjadi Sumber air dan melindungi air untuk dijadikan lahan perkebunan tebu.

Dari amatan saya terhadap kehadiran pabrik gula, saya menemukan dampak positif dan negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun