Namun dari beberapa pengalaman yang pernah dilewati ternyata kebiasaan sebuah organisasi berikut pemimpin yang "jahat" (mengeksploitasi bukan memberdayakan) di lingkungan pekerjaan sering mengandalkan dan menunjuk kambing hitam kepada satu orang karyawan yang itu-itu saja.
Mungkin kita pernah mengalaminya, tanpa ada yang pernah menggantikan atau terkadang karena ulah karyawan yang maha unggul itu sendiri yang tidak mau berkorban dengan menurunkan keterampilan dan kemampuan kepada yang lain dengan berbagai alasan diantaranya agar selalu menjadi pemain kunci terjebak pada situasi "overload" pekerjaan.Â
Alhasil menyebabkan stres yang justru menjadi mati karir karena mentok di bagian itu tanpa pernah promosi atau mutasi ke bagian lain. Pilihan terhadap kebanggaan menjadi pemain kunci atau memberdayakan yang lain dengan melakukan in house training agar beban pekerjaan bisa dibagikan kepada pekerja baru lainnya adalah pilihan apakah bekerja secara cerdas atau menyebabkan kesehatan mental dan fisik menjadi terganggu.
Berbeda dengan kondisi yang lain adalah ketika seorang karyawan yang memiliki segalanya baik secara titel kesarjanaan bahkan keterampilan teknis yang terbaik ditempatkan jauh dari parameter yang dimilikinya dengan dihadapkan pada pekerjaan yang monoton maka ini pun menciptakan stres berkepanjangan.Â
Tak jarang merasa tidak dihargai atau tidak diberikan kesempatan yang mengasah kemampuannya menjadi naik level meski antara pendapatan atau gaji yang dia terima terbilang cukup bahkan lebih.Â
Bagaimana tidak beban pekerjaan yang diberikan padanya dengan deadline seminggu bisa diselesaikan hanya satu hari, atau sehari menjadi 2 jam dan demikian selanjutnya. Ini membuat tipikal karyawan seperti ini tak jarang akan pergi meninggalkan perusahaan tempat bekerja daripada membuat hubungan yang semakin buruk dengan sesama pekerja juga organisasi tersebut.Â
Rasa tidak nyaman dan suasana pekerjaan yang membosankan sungguh menjadi tidak pilihan apalagi bagi para pekerja milenial seperti sekarang ini. Seyogyanya komunikasi antara pemimpin dan sang karyawan adalah dengan melakukan self assessment yang transparan.
Lagi-lagi berbagai kondisi lingkungan pekerjaan dengan dinamikanya adalah sebuah siklus organisasi yang mau tidak mau direspon dengan baik oleh para pemimpin organisasi dan juga umpan balik para pekerjanya.Â
Tidak ada titik berhenti yang menjadi acuan apakah hanya puas pada sebuah kondisi terkini. Perubahan dengan begitu cepatnya akan memaksa untuk tetap adaptif dengan harapan bisa berkembang dan berkelanjutan sesuai visi dan misi perusahaan. Semoga berkenan.
Medan, 24 Mei 2021