Mohon tunggu...
M Rosyid J
M Rosyid J Mohon Tunggu... Freelancer - Peneliti

Researcher di Paramadina Public Policy Institute

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Negara di atas Agama: Refleksi dari New Zealand sampai Arabia Era Rasulullah

10 November 2017   09:33 Diperbarui: 10 November 2017   10:34 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan gereja di Wellington sebelum dirobohkan (Stuff.co.nz)

Menunggu rumah ibadah dijual

Umat Kristiani yang pertama datang ke NZ membangun banyak sekali gereja. Saking banyaknya, sering saya perhatikan ada dua gereja berbeda (berbeda denominasi) yang berseberangan. Ya cuma beda beberapa langkah saja. Karena perkembangan zaman, banyak generasi saat ini yang memilih untuk tidak terikat oleh agama sehingga banyak gereja yang mulai sepi. Sementara itu, gelombang datangnya umat lain khususnya umat Islam makin besar.

Bagi yang Muslim, tentu punya masjid itu wajib. Sebagian mengikuti alur permohonan izin gedung ibadah dari benar-benar dari nol karena memang punya tenaga dan dana yang besar. Bagi sebagian lain bagaimana? Semoga kamu tahu kemana arah diskusi saya.

Sebagian tentu menunggu kalau-kalau ada gereja yang mau tutup. Ketika ada yang akan ditutup, umat Islam membeli gereja tersebut untuk kemudian diganti menjadi masjid. Tidak ada isu-isu penaklukan atau perebutan yang macam-macam. Bagaimana dengan konsen dari warga sekitar? Orang-orang di NZ tidak peduli apa kepercayaan kamu asal kamu tidak membuat gaduh dan ramai-ramai di jalan.

Ngomong-ngmong, beberapa kali saat jumatan, pengurus masjid di NZ mengumumkan agar setelah sholat tidak merumpi ramai di depan masjid sebab itu mengganggu ketenangan masyarakat.

Perubahan gereja ke masjid pun juga bisa berjalan sebaiknya. Masjid jadi gereja. Tidak masalah karena konsennya bukan soal akidah macam-macam, tapi sudah dapat izin dari pemerintah atau belum.

Soal izin ini, saya secara langsung menyaksikan sebuah gereja harus dirobohkan karena gempa. Jadi November tahun 2016, NZ dilanda gempa hebat. Beberapa bangunan harus rela dihantam retak-retak. Gereja ini pun tak terkecuali.

Sejak gempa, gereja ini resmi ditutup karena keretaan karena gempa tidak bisa ditolerir dan membahayakan umat yanh beribadah di dalamnya. Alhasil pertengahan tahun 2017 ini, gereja itu pun diruntuhkan, diratakan dengan tanah. Benar-benar rata, sumpah.

Belajar dari NZ, juga dari Saudi dan Iran

Ada protes dan berita macam-macam? Tidak ada sama sekali. Masyarakat di NZ sudah tahu kalau memang kalau sudah tidak sesuai persyaratan gedung, ya harus diruntuhkan. Kalaupun itu masjid, nasibnya pun tak akan berbeda.

Apa sih pelajaran dari ini semua? Semua bisa menarik pelajaran secara masing-masing, tapi bagi saya, ini adalah pelaksanaan pemerintahan yang benar-benar menempatkan negara di atas apapun, termasuk agama. Istilahnya, negara harga mati (mirip NKRI harga mati).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun