Mohon tunggu...
M Rosyid J
M Rosyid J Mohon Tunggu... Freelancer - Peneliti

Researcher di Paramadina Public Policy Institute

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mensyukuri Bahasa Kita, Mensyukuri Kebangsaan Kita

5 Maret 2015   18:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:07 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ejaan demi ejaan pun diterbitkan untuk penyempurnaan. Ejaan Van Ophuysen disempurnakan oleh Ejaan Soewandi pada 1947. Kemudian Ejaan yang Disempurnakan atau EYD, tahun 1972 muncul meyempurnakan yang sebelumnya. Pada 1975, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Istilah dipublikasikan. Pada akhirnya, Kamus besar Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia hadir di tahun 1988 (Indonesia Kita, 2004).

Perjalanan panjang bahasa Indonesia tentu menjadi pengetahuan penting bagi kita untuk selalu dicermati. Bahasa ini lahir bukan tanpa maksud. Bahasa Indonesia memang dibentuk dan disempurnakan untuk lahir sebagai pemersatu negeri ini, sebagai bahasa persatuan.

Kita sering tak menyadari dan menysukuri bagaimana sesuatu ‘terhidang lezat’ di hadapan kita. Kita mungkin tak paham dan peduli mengapa kita berbahasa Indonesia sehari-hari. Bahasa ini ‘terhidang’ begitu saja ketika kita bertumbuh di Indonesia ini. Tapi membaca sejarahnya, tentu kita harus berbalik arah, bahasa ini tidak hadir terhidang begitu saja memudahkan kita berkomunikasi satu sama lain di Indonesia ini.

Kita patut bersyukur bangsa ini memiliki bahasa persatuan bahasa Indonesia. kebangsaan kita terkuatkan salah satunya karena bahasa Indonesa yang sekali lagi bukan datang begitu saja (taken for granted), tapi diperjuangkan oleh banyak orang.

Pendiri bangsa ini kebanyakan bukanlah orang jelata. Mereka keluarga saudagar, keturunan raja, atau juga kaum priyayi. “Mereka punya segudang penuh alasan untuk hidup nyaman dan bersenang-senang. Tetapi, mereka memilih untuk bersusah payah menyatukan bangsa ini!” kata Anies dalam satu pidatonya.

Kalau mau egois, pendiripendiri bangsa tentu lebih memilih berbahasa daerahnya dan berbahasa Inggris atau Belanda. Tapi keberanian untuk menyatukan negeri ini sebagai bangsa Indonesia yang utuh membuat mereka perlu memperjuangkan dan mempertahankan bahasa Indonesia.

Di Indonesia ini, sekitar 300-an suku hidup mewarnai kehidupan negeri. Mereka bahkan berbicara dalam 700-an bahasa yang berbeda-beda, tulis Hawaii.edu, website University of Hawaii yang menawarkan program khusus bahasa Indonesia. Dan, semua orang kini pun telah berbahasa Indonesia. Yet, every Indonesian also masters the Indonesian language known as Bahasa Indonesia (Hawaii.edu, 2013)

Dengan bahasa ini, semua suku di tanah air dapat berbicara satu sama lain. Mungkin saling bercanda, bergurau, melempar sapa dan saling mengucap salam. Mungkin logat atau aksen tiap orang berbeda-beda. Tetapi dengan berbahasa Indonesia, semua orang Indonesia tahu kalau saudaranya ada semua di hamparan pulau di negeri ini.

Mensyukuri bahasa, mensukuri bangsa

Ketika belajar di Amerika 3 tahun lalu, saya sempat frustasi pada bulan-bulan awal. Kemampuan bahasa Inggris yang masih pas-pasan memaksa saya harus berjuang menggunakan bahasa tubuh ketika harus berkomunikasi dengan orang lokal.

[caption id="attachment_400995" align="aligncenter" width="258" caption="Saat thanksgiving dengan keluarga Pak Susilo dan Keluarga Dennis"]

14255306742048244680
14255306742048244680
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun