Demikian pula, Apple dan Samsung keduanya telah membangun gudang paten yang besar, dan menggunakan litigasi paten sebagai senjata ofensif dan defensif.
Filosofi "open Source"
Setidaknya ada dua hal yang mendasari langkah deklarasi paten Tesla dapat dimiliki semua orang, pertama produksi kendaraan baru hampir mencapai 100 juta unit per tahun dan jumlah total armada mobil di seluruh dunia mencapai sekitar 2 miliar unit (data tahun 2013).Â
Hal ini menjadi tantangan besar dalam menciptakan mobil listrik dengan kecepatan yang memadai untuk mengatasi masalah krisis karbon.Â
Kedua, terkait dengan peluang besar dalam pasar dimana persaingan sejati tidak terletak pada produksi mobil listrik non-Tesla yang masih terbilang sedikit, tetapi justru pada jumlah besar mobil yang menggunakan bahan bakar bensin yang terus diproduksi di berbagai pabrik dunia setiap harinya.Â
Oleh karena itu, fokus utama bukan hanya pada memproduksi lebih banyak mobil listrik yang saat ini volumenya masih sekitar 1 persen dari total kendaraan yang ada di muka bumi, melainkan juga pada penggantian armada mobil bensin yang besar dengan kendaraan listrik guna mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Meskipun Tesla telah berkomitmen untuk memegang "open sources philosophy" atas paten-patennya, Tesla tetap mengambil langkah hukum terhadap perusahaan yang tidak mematuhi ketentuan "good faith" dalam mengadopsi patennya.Â
Minggu lalu, Tesla mengajukan gugatan pelanggaran paten di pengadilan federal Texas terhadap Cap XX tanggal 14 Juli 2023, yaitu perusahaan superkapasitor dari Australia yang dianggap telah melanggar patennya.Â
Artinya bahwa meskipun Tesla menawarkan patennya untuk digunakan secara bebas, tetapi masih ada aturan dan persyaratan tertentu yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya.Â
Perusahaan yang sedang digugat oleh Tesla di Australia dianggap telah melanggar persyaratan tersebut, sehingga mengakibatkan tindakan hukum yang diambil oleh Tesla terhadap mereka.
Good Faith