Mohon tunggu...
Semar Kuncung
Semar Kuncung Mohon Tunggu... wiraswasta -

marhaen yang bercita-cita sederhana, senang mencari ilmu yang bermanfaat, hoby naik gunung dan menjelajah alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khotbah Jumat Bahasa Arab di Masjid Agung oleh Wakil Mufti Lebanon dan Hikmah yang Dapat Dipetik

5 Desember 2015   01:58 Diperbarui: 5 Desember 2015   02:41 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meskipun begitu, terkadang jika lama jumatan terus di masjid yang khotbah jumatnya terjemah, saya rindu juga ingin sesekali jumatan di masjid yang khotbah jumatnya berbahasa arab. Mungkin kebiasaan saya sejak lama yang setiap jumat tidak menetap jumatan di satu Masjid saja, melainkan suka berkeliling ke lain Masjid berganti-ganti ke tiap daerah. Selain itu meski khotbahnya terasa kaku, jumatan di Masjid yang khotbah jumatnya berbahasa arab, biasanya khotbahnya pendek dan tidak lama.

KEUNIKAN DARI KHOTBAH WAKIL MUFTI AGAMA ISLAM LEBANON

Selain dari yang telah saya sebut diatas bahwa khotbah yang disampaikan oleh wakil Mufti Agama Islam Lebanon tersebut terasa hidup karena disampaikan dengan gerak dan mimik yang mendukung, meski sebagian besar jamaah kurang memahaminya. Ada pula beberapa keunikan lain dari khotbah jumat tersebut, diantaranya adalah :

1. Rukun Khotbah yang Runut ala Madzhab Syafii

Sudah ladzim bagi sebagaian besar Masjid di Indonesia dalam khotbah jumatnya memperhatikan syarat dan rukun khutbah sesuai dengan madzhab Syafi’i, begitu pun yang dibacakan oleh khatib wakil Mufti Lebanon, yakni hamdallah-syahadat-shalawat-wasiat taqwa-ayat quran. Kecuali pada khutbah kedua hanya hamdallah-ayat quran-doa. Tetapi tidak masalah karena dalam madzhab Syafi’i, rukun khutbah tidak usah lengkap pada kedua-duanya dari khutbah yang disampaikan, yang penting ada pada salah satu khutbah, atau sebagian rukun pada khutbah pertama dan sebagian lagi pada khutbah kedua.

Hal ini menarik bagi saya, karena di Indonesia sendiri, terutama di perkotaan, terkadang khotib-khotibnya kurang memperhatikan rukun khutbah sesuai madzhab Syafi’i, memang dalam madzhab lainnya selain madzhab syafi’i, ada yang lebih longgar dalam hal rukun khutbah tidak harus lengkap seperti madzhab Syafi’i.

Biasanya khatib yang demikian dari golongan muda. Saya pernah mengalami sendiri ketika jumatan di satu Masjid di Bandung, meski tata caranya masih tata cara lama, mulai dari adzannya dua kali, peran muroqi, dan tongkat khotbah, tapi khotibnya seorang anak muda membawakan khotbah tanpa memperhatikan syarat rukun khotbah sesuai madzhab Syafi’i. Ketika naik mimbar, Khotib tersebut hanya membaca hamdallah, lalu dzikir subhanallah walhamdullillah wa lailahaillaallahuwalllohuakbar, tanpa membaca syahadat-shalawat-wasiat taqwa.

Memang hal tersebut tidak menjadi masalah karena sesuai kaidah fiqh : “sepanjang ada ulama yang membenarkan, maka tidak boleh dianggap ingkar suatu perbuatan”. Tetapi belajar dari sang Mufti Lebanon ketika menjadi khatib di Masjid Agung yang runut membaca rukun khutbah sesuai madzhab Syafi’i, hendaklah diperhatikan bahwa ketika menjadi khatib, meski tidak bermadzhab Syafi’i tetapi jika jamaah yang menghadiri sebagian besar bermadzhab Syafi’i, maka sangat baik jika menyesuaikan rukun khutbah sesuai dengan madzhab Syafi’i untuk menghormati jamaah, serta agar jamaah yang awam tidak merasa ragu akan sah atau tidak jumatannya karena rukun khutbahnya tidak lengkap (menurut pemahamannya).

2. Pembacaan Hamdallah Lebih dari Sekali

Di Indonesia memang biasa dalam khotbah jumat, khotib mengucap hamdallah lebih dari satu kali, biasanya diulang dua kali. Hal yang sama dilakukan oleh wakil Mufti Agama Islam Lebanon yang menjadi khotib jumat, ia mengulang bacaan hamdallah bahkan hingga tiga kali. Tiga kali pada khutbah pertama dan tiga kali pula pada khutbah kedua

3. Membaca Syahadat dan Shalawat dengan Sayidina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun