Ada saatnya ketika jantungku ini berdegup amat kencang,
Serasa sesak di dada penuh rasa khawatir akan kehilangannya.
Menanti saat saat menjelang sebuah pernikahan,
Semua wanita yang mengalaminya akan merasakan hatinya berbunga-bunga,
Layaknya diangkat sebagai sang ratu yang akan mendampingi raja idaman.
Ketika saat tiba akan dipertemukan untuk melihat satu sama lain,
Dan ribuan embun berkabut menyelimuti kepala ini dengan segudang impian kebahagiaan,
Dan tiba-tiba embun itu pecah satu per satu berjatuhan berantai karena si do’i terpaksa cancel datang ke rumah.
Ooohhhh no... hati ini khawatir seperti tersayat bumerang.
Calonmu adalah orang yang sangat sibuk, harus bekerja kesana-kemari, bermain golf kegemarannya,
Dia harus menunda bertemu orang tuamu, mengertilah tentang lelaki ini.
Oke, sejenak aku merasa tenang, namun tiba-tiba esoknya dia tak bisa dihubungi,
Ada apa ini ? apakah dia hanya mempermainkanmu ? apakah dia hanya menipumu ?
Untuk apa ? dia tak pernah meminta sejumlah uang, tapi kenapa dia tiba-tiba menghilang ?
Kenapa dia tega menipumu dengan mempermainkan perasaanmu ?
Oh diri ini menangis semalaman, haruskah aku melaporkannya pada polisi ?
Duhai cinta, rupanya beberapa jam kemudian dia menghubungimu lagi kala kau terbangun tengah malam, ternyata dia kehabisan kuota.
Oh cinta, bagaimana caranya aku bisa menampakkan ekspresi legaku dengan sebenar-benarnya kecuali pada saat itu ?
Well, aku akan tetap menunggumu sampai kau bertemu dengan orang tuaku. Titik
Mungkin engkau tak muda lagi, dan bahkan aku lebih pantas menjadi anakmu daripada istrimu,
Tapi bukankah cinta tak memendang usia ?
Betapa inginnya nanti aku bisa melahirkan anak-anak yang cantik, ganteng lagi shaleh shalihah darimu.
Betapa bahagianya angan-angan yang ingin aku rajut bersamamu.
Betapa sedihnya aku melihatmu tersiksa oleh perbuatan mantan istrimu yang meninggalkanmu, mencurangimu demi pria lain.
Malang sekali nasibmu dan anakmu, terlantar dengan tiap hari makan mie instan.
Aku berharap bisa menggantikan posisinya, bahkan aku akan membuktikan bahwa aku lebih baik dari dirinya.
Aku merasa sudah sangat cocok denganmu, engkau adalah lelaki idamanku, engkau senantiasa tidur larut untuk mengaji,
Engkau pun mendambakan wanita shalihah tanpa memandang fisiknya asalkan setia.
Aku pun akan setia denganmu.
Tapi kapan engkau akan melingkarkan cincinmu dijari manisku ?
Aku sungguh tak sabar seperti cacing kepanasan.
Tapi pernikahan memang butuh persiapan yang amat sangat matang, aku pun mempersiapkannya,
Tergesa-gesa membuatmu bersikap ceroboh, bersabarlah sedikit... engkau akan merasakan indah pada waktunya.
Sama seperti menanti jemputan ayahmu yang tak kunjung tiba, engkau harus belajar tidak tergesa-gesa.
Nantinya juga ayahmu akan datang menjemputmu, ingat ! sabar ! sabar !
Ini adalah kegugupan terberat yang pernah aku rasakan.
Isilah waktumu dengan berbagai hal untuk mempersiapkan pernikahanmu dan mempersiapkan mentalmu agar kau tidak salah tingkah ketika bertemu dengannya,
Engkau harusnya juga belajar ikhlas jika suatu saat tak berjodoh dengannya.
Coba lihatlah diriku, aku bergulat dengan diriku sendiri seperti orang bodoh.
Ingatlah akan janji Tuhanmu, Tuhanmu tahu apa yang terbaik bagimu, engkau hanya harus menjalani takdirmu daja, berusaha sebaik mungkin dalam segala hal dan bersungguh-sungguh.
Perbanyaklah berdo’a dan sucikanlah tujuanmu menikah.
Itulah yang harus kau lakukan, agar kau tak seperti orang gila karena kegugupanmu itu bisa-bisa membuat calonmu tak nyaman dan berubah pikiran. Ingat itu !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H