Mohon tunggu...
IBM Jaya Martha
IBM Jaya Martha Mohon Tunggu... Insinyur - Mardi Siwi

Masa lalu biar berlalu, masa depanpun belumlah pasti, selalu bersyukur masih bisa bergembira hari ini ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pedanda Baka

30 Oktober 2021   17:03 Diperbarui: 30 Oktober 2021   17:18 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alangkah sedih Bapa akan kejadian ini, apalagi Bapa tak bisa berbuat banyak untuk keselamatan kamu semua, Bapa mengharapkan hidup harmonis seperti dulu. Itu yang membuat sakit hati Bapa sehingga menjadi berduka, apalagi Bapa bingung mesti berbuat apa dalam keadaan seperti ini. 

Ratapan kata-kata Pedanda Baka sangat manis dan akan membunuh para ikan, namun celakanya ikan ikan tidak mengetahui niat jahat Pedanda Baka. 

Tak bisa menahan kesedihan mendengar berita yang disampaikan si Bangau (Pedanda Bak), para ikan semua mohon keselamatan dengan wajah sedih memelas, "Aduh singgih Dang Guru (Pedanda Baka), silahkan bagaimana cara untuk menyelamatkan kami sehingga kami bisa terhindar dari bahaya, tidak akan ada orang lain hanya I Ratu (Pedanda Baka) sebagai Guru Rupaka kami, dapat menyelamatkan kami!". 

Adanya permintaan itu, membuat semakin bangga dan senang diri si burung Bangau (Pedanda Baka), lalu dia berkata, Ih Cening (saudara) ikan semua: "seandainya kamu ingin hidup selamat dan tenang, sekarang ada ide baru terlintas di pikiran bapa (pedanda baka).
*
Untuk keselamatan kalian, bagaimana kalau kalian pergi ke kolam bening Andhawana, kolam tersebut kepunyaan Ida Sang Hyang Rudra sangat mengagumkan keadaannya, tidak ada duanya di dunia ini tempatnya tidak bisa dijangkau oleh manusia.  

Tidak bisa manusia pergi ke sana, untuk mengangkap kalian para Ikan-ikan, kalau cening (saudara ikan) ingin hidup semua, akan Bapa antar ke sana, besok-besok kalau sudah sampai di Andhawana, tidak ada lagi bahaya yang mengintai, selalu riang dan gembira. Apabila janji ini bohong, Bapa (Pedanda Baka) berjanji dosa apapun yang terjadi Bapa (Pedanda Baka) akan terima.
Ratapan si Pedanda Baka membuahkan hasil, ikan-ikan siap menyerahkan dirinya lahir-bathin, karena terlalu yakin dan percaya, nah demikianlah sebagai orang dungu-bodoh makin yakin saja oleh perkataan Pedanda Baka, tidak ada perasaan sedikitpun dari diri mereka (ikan ikan) sedang diperdaya, mereka saling mendahului berkata ingin dipindahkan paling awal.
Akhirnya si Cangak (Pedanda Baka). membawa si ikan-ikan menggunakan kaki dan mulut dan dengan gesit menerbangkannya.
*
Gunung menjadi tujuannya, disana ada sebuah batu lebar dan mengkilat, di sanalah tempat si Cangak (Bangau/ (Pedanda Baka) memangsa ikan setiap hari. 

Alhasil ikan ditelaga tinggal sedikit, bahkan hampir habis karena sebagian besar sudah dipindahkan ke puncak.  

Dan tidak diduga masih tertinggal seekor yakni si kepiting, menempel disela batu kolam, tertinggal dari ikan-ikan yang sudah pada rebutan untuk pindah. 

Ia ingin menguji si "Cangak" (Bangau/Pedanda Baka) apa benar ia baik budi penuh kedharmaan prilakunya. 

Namun ketika terbang, si Kepiting meminta menggantung di leher si "Cangak" (Bangau / Pedanda Baka), dan secepat kilat si Cangak (Pedanda Baka) menerbangkan si Kepiting ke udara, begitu menuju tempat biasa si Cangak (Pedanda Baka) akan berhenti, si Kepiting memperhatikan sekelilingnya. 

Getar hati si kepiting melihat di atas batu lebar (batu hitam yang lebar) tampak tulang ikan berserakan, bekas si Pedanda Baka memangsa ikan, disitulah si Kepiting berpikir, "dengan bukti seperti ini ternyata ikan dimangsa oleh si Pedanda Baka keseluruhan, sungguh sahabat yang memalukan prilakunya terlalu berdosa, tipu muslihat dengan kata-kata dan prilaku yang palsu.
*
*M* arahnya si Kepiting sampai ke ubun ubun, lalu badannya tegang lalu diikuti jerit kemarahannya dan berkata, "hai engkau bangau (Pedanda Baka) jangan turun, kembalikan aku ke kolam semula!". *A* khirnya si Cangak (Pedanda Baka) tersipu malu, setelah tahu si Kepiting marah, dan si Kepiting menjepit keras lehernya I Baka (Pedanda Baka), I Baka (Pedanda Baka) menangis kesakitan, mukanya pucat pasi karena ketakutan. "Maafkan saya, karena kekeliruan dan prilaku saya dan saya akan menerbangkan I Dewa (kepiting), menuju Taman.
*S* i kepiting dan I Cangak akhirnya kembali menuju taman Manasara ,I Cangak (Pedanda Baka) berkata halus dan lembut, Dewa (kepiting) lepaskan leher titiange (Pedanda Baka), janganlah dijepit! ".
*
*B* erkata keras dan kasar Si Kepiting, "Bawa aku ketengah kolam!", si Pedanda Baka mengikuti perintah si Kepiting. *A* khirnya, sesampainya di tengah kolam, leher si Baka (Pedanda Baka) dijepit. *R* emuk leher Pedanda Baka akhirnya meninggal, itulah perbuatan Pedanda Baka yang memperdaya ikan-ikan dan yang lainnya.*A* khirnya perbuatan yang dilakukan Pedanda Baka, menerima akibat dari perilaku membunuh ikan-ikan dan yang lainnya.
*T* erkena salah satu hukum yang berlaku, *Apa yang engkau tabur itulah yang akan engkau terima*.

Om santi, santi, santi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun