Ah kawan, .......Â
Di kepalaku lantas sadja terngiang njanjian Anna Mathovani tadi,......... aku ingin hidup s'ribu tahun lagi................
* Latar belakang cerita (dalam EYD):
Tahun 1961 Inggris, yang ingin meninggalkan jajahannya secara terhormat ingin membentuk Federasi Malaya (yang kemudian dikenal sebagai Malaysia), termasuk Sabah dan Serawak (meskipun akhirya Brunei dan Singapura memisahkan diri). Indonesia yang saat itu jadi pemimpin negara-negara nonblok menginginkan Sabah dan Serawak merdeka. Tapi jalan perundingan ternyata buntu.
Indonesia menyatakan perang lewat operasi Dwikora. Malaysia, jelas dibantu Inggris, Amerika Serikat dan Australia, versus Indonesia yang pede punya kekuatan udara dan laut terkuat di belahan bumi selatan serta jumlah penduduk yang luar biasa besar. Perang ini memporakporandakan ekonomi dan, diakui atau tidak, adalah salah satu pemicu peristiwa September 1965.
Tapi itu soal lain. Yg berkaitan di cerita ini hanyalah mobilisasi umum. Semua warga negara yang berusia 18-40 tahun ketika itu, harus ikut wajib militer dan harus siap diberangkatkan sebagai sukarelawan. Kapanpun dibutuhkan.
Cerita ini hanya fiksi. Bersetting tahun 1964-1965, di puncak masa konfrontasi. Jam malam, VW Karmann Ghia, Eka Sapta, Bing Slamet, Anna Mathovani. Kampus Salemba dan asrama Pegangsaan, Dan tentunya sistim kuliah di perguruan tinggi yang belum kenal dengan SKS (Sistim Kebut Semalam, yang baru diujicobakan di ITB, 1973). Kuliah masih menggunakan sistim judicium, ujian kenaikan tingkat seperti anak-anak SD, SMP dan SMA sekarang.
Hanya berusaha untuk sedikit memperhatikan detil........
Termasuk ejaannya.......
*ilustrasi dipinjam dari hak milik mbah Ukik, terimakasih......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H