Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Orang Koplak Naik Haji (2)

14 November 2014   12:53 Diperbarui: 30 Oktober 2015   08:41 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Maktab atau tempat mukim rombongan si Orang Koplak selama di Mekkah (kurang lebih sebulan) adalah di sebuah hotel berbintang 3, yg terdiri dari 3 blok bangunan berlantai 15. Masing-masing blok dilengkapi 5 buah lift atawa elevator sebagai sarana sirkulasi vertikal. Jumlah lift ini sangat tidak cukup. Pada jam-jam sibuk (menjelang dan usai waktu shalat) sering terjadi antrian panjang atau adegan berebut  lift. Disamping, memang, jumlah penghuni yg luarbiasa besar (maklum sekamar isinya 4-6 orang), budaya para pengguna lift itu juga banyak yang cukup koplak.

Para penghuni lantai 3, umpamanya, untuk turun ke lantai G (Groundfloor, Lobby), bukannya menunggu lift yg turun, tapi dengan kesadaran penuh masuk lift yg sedang naik. Akibatnya para pengantre lift di lantai 15 hanya mendapati lift yg terbuka di hadapannya sudah penuh. Dan orang-orang yang berjubel dalam lift itu sambil melambaikan tangan (maksudnya : "Penuh! Gak bisa masuk!") rame-rame bilang  "Dadaaaaaaah!".............

Apalagi ketika di tengah keributan antrian itu (adaaaa saja) ibu-ibu yg jejeritan koplak, karena menganggap lift itu sebagai lift khusus perempuan, sehingga dengan sadis dan diskriminatif mengusir para bapak yg ikut antri. Enak aja, emang ini KRL Commuterline  djoeroesan Tjileboet-Pasar Minggoe apa?................

Menjelang jam 02.00 pagi itu, si Orang Koplak bersama isterinya pulang 'dugem' dari Masjid Al Haram. Lift memang gag ngantri, tapi di dalam lift ada seorang kakek yg cukup renta 'ndepipis' di pojok sendirian, tanpa teman. Tanpa basa-basi, si Orang Koplak lantas memencet tombol lantai 11 (letak kamar si Orang Koplak bersama isteri, beda kamar tapiiiii........). Tapi loh, kok cuma lampu indikator lantai 11 yg menyala? Kemana pulak tujuan si Kakek ini? Ketika ditanya si Kakek cengengesan bilang kalau dia penghuni lantai 5. Karena sudah terlewat, dan gak tega meninggalkan si Kakek sendirian di dalam lift, si Orang Koplak terpaksa kembali turun dan mengantarkan si Kakek kembali ke kamarnya.

Setelah sampai dan si Orang Koplak mohon diri, si Kakek dengan cengengesan bilang : "Saya sih benernya cuma pengen puas-puasin naik-turun, pakliiiiik. Uuuwwwenaaaaak tenaaaan, grrruuuaaaaatiiiisss........ Habis sih, mumpung di Mekkah, kapan lagi bisanyaaa?  Kan di Indonesia gak ada yg punyaaaa?"

Owalah, owalaaaaaaah....... ngobrol dong dari tadi, pakdheeeeee !.......

Bab Tanjung Perak yang Kapalnya Kobong.

Usai pelontaran jumrah dan mabit (bermalam) di Mina, para jema'ah pun diangkut kembali ke Mekkah untuk melakukan Thawaf Ifadhah di Ka'bah (di Masjid Al Haram), sebagai akhir kewajiban ritual berhaji. Masih ada kewajiban satu lagi, Thawaf Wada (perpisahan), sebelum meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Tapi diantara 2 thawaf itu terbentang waktu kurang lebih 10 hari lamanya. Dan para jema'ah pun mengisi waktunya dengan ibadah, ibadah dan ibadah.........

Hanya ibadah, atau juga "ibadah" ?

Kepulangan beberapa kloter awal, membuat hotel tempat mukim rombongan si Orang Koplak itu semakin lengang. Lift tidak lagi jadi barang yg harus diperebutkan. Banyak kamar yg kemudian menjadi kosong.

Padahal seusai Thawaf Ifadhah, tahallul tsani pun sudah berlaku. Artinya, hubungan suami-isteri yg "itu" sudah tidak jadi hal terlarang lagi. Kamar kosong dan realita bahwa kamar si suami dan si isteri yg sejak awal dipisah (ada yg berlainan lantai, bahkan berlainan blok) menimbulkan ide 'cemerlang'.

Ssssst, ssssst, sumprit, tapi ini rahasia ya?. Jangan cerita-cerita ke orang lain ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun