Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia di Balik Pintu Terkunci

2 Juni 2024   05:11 Diperbarui: 2 Juni 2024   06:39 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu hujan turun dengan deras, menciptakan irama ritmis di atas atap rumah tua yang terletak di pinggiran kota. Rumah itu telah kosong selama bertahun-tahun, dikenal oleh penduduk setempat sebagai "Rumah Belanda" karena arsitekturnya yang kuno dan megah. Sebuah keluarga baru saja membeli rumah itu, berniat merenovasinya dan menjadikannya hunian nyaman.

Andi dan Lila, pasangan muda yang penuh semangat, memutuskan untuk mengeksplorasi setiap sudut rumah baru mereka malam itu. Dengan membawa senter dan peta tua yang mereka temukan di loteng, mereka menjelajahi lorong-lorong yang berdebu dan kamar-kamar yang sudah lama tidak dihuni.

Saat menjelajahi lantai atas, mereka menemukan sebuah pintu tua yang terkunci. Pintu itu terlihat berbeda dari yang lain---lebih kokoh dan terbuat dari kayu yang tebal, dengan kunci besi yang besar dan rumit.

"Sepertinya ini ruangan yang belum dibuka selama bertahun-tahun," kata Andi sambil mencoba mengintip melalui celah pintu.

Lila mengangguk. "Harusnya kita bisa menemukan kunci di suatu tempat. Ayo kita cari di sekitar."

Setelah beberapa waktu mencari, mereka menemukan kunci besar yang tersembunyi di belakang lemari tua di ruang bawah tanah. Andi memutar kunci itu dengan hati-hati, dan dengan suara derit yang keras, pintu itu terbuka.

Di balik pintu, mereka menemukan sebuah ruangan kecil yang dipenuhi oleh perabotan kuno dan lukisan-lukisan tua. Tapi yang paling menarik perhatian mereka adalah sebuah kotak kayu besar yang terletak di sudut ruangan. Kotak itu terkunci dengan rantai besi yang tebal.

"Kita butuh alat untuk membuka ini," kata Andi dengan antusias. Mereka kembali ke ruang bawah tanah dan menemukan sebuah linggis.

Dengan hati-hati, Andi membuka rantai besi itu, dan ketika mereka membuka kotak tersebut, mereka terkejut menemukan sejumlah dokumen tua dan buku harian berdebu. Di antara dokumen-dokumen itu, terdapat foto-foto hitam putih yang menggambarkan keluarga Belanda yang dulu tinggal di rumah itu. Namun, foto-foto itu tidak hanya menggambarkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga beberapa gambar yang aneh dan menakutkan---ritual aneh di tengah malam, sosok-sosok berjubah hitam, dan simbol-simbol misterius.

"Ini menyeramkan," kata Lila sambil memegang salah satu foto. "Apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini?"

Andi membuka buku harian yang paling tebal dan mulai membaca. Buku itu milik seorang pria bernama Jan Willem, pemilik rumah pada awal abad ke-20. Di dalamnya tertulis tentang ketertarikannya pada okultisme dan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan. Tulisan-tulisan itu semakin mengerikan, menceritakan bagaimana Jan Willem dan keluarganya terlibat dalam pemanggilan roh dan pengorbanan manusia.

Ketika Andi membaca lebih jauh, tiba-tiba lampu senter mereka berkedip dan mati, meninggalkan mereka dalam kegelapan. Lila meraih tangan Andi dengan cemas. "Kita harus keluar dari sini."

Saat mereka berbalik untuk meninggalkan ruangan, mereka mendengar suara langkah kaki di lantai atas. Langkah-langkah itu bergerak perlahan, mendekati pintu yang mereka tinggalkan terbuka.

"Ayo cepat!" bisik Andi, menarik Lila menuju pintu.

Namun, ketika mereka mencapai pintu, mereka melihat sosok bayangan di ambang pintu, sosok tinggi berjubah hitam dengan wajah yang tersembunyi dalam kegelapan. Sosok itu mengangkat tangannya, dan tiba-tiba pintu tertutup dengan keras, mengunci mereka di dalam.

Dalam kegelapan, Andi dan Lila mendengar suara berbisik yang semakin mendekat, membuat bulu kuduk mereka berdiri. Dengan napas tertahan, mereka mencari jalan keluar lain, namun ruangan itu hanya memiliki satu pintu.

"Apa yang harus kita lakukan?" bisik Lila dengan suara gemetar.

Andi mencoba untuk tidak panik. "Kita harus tetap tenang. Mungkin ada jalan keluar yang lain."

Mereka mulai meraba-raba dinding, mencari pintu tersembunyi atau jendela kecil, tetapi tidak menemukan apa-apa. Sementara itu, suara bisikan semakin keras, seakan-akan mengelilingi mereka.

Tiba-tiba, lantai di bawah kaki mereka bergetar, dan sebuah panel rahasia di dinding terbuka, mengungkapkan tangga yang menurun ke kegelapan. Tanpa pilihan lain, mereka dengan cepat turun ke bawah, berharap menemukan jalan keluar.

Tangga itu membawa mereka ke sebuah terowongan bawah tanah yang panjang dan gelap. Mereka berjalan dengan hati-hati, hanya dengan senter yang berkedip-kedip sebagai satu-satunya penerangan. Terowongan itu penuh dengan sarang laba-laba dan udara yang lembap, memberikan kesan bahwa tempat itu sudah lama tidak disentuh manusia.

Setelah berjalan beberapa lama, mereka melihat cahaya samar di ujung terowongan. Dengan penuh harapan, mereka mempercepat langkah mereka. Namun, ketika mereka mendekati cahaya tersebut, mereka melihat sesuatu yang mengejutkan.

Di ujung terowongan, terdapat sebuah ruangan besar yang penuh dengan lilin menyala dan simbol-simbol aneh yang digambar di lantai. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu dengan ukiran-ukiran kuno. Dan di samping altar, berdiri sosok yang sama---berjubah hitam dan tak berwajah.

Sosok itu mulai bergerak ke arah mereka, dan Andi serta Lila mundur dengan ketakutan. Namun, tiba-tiba sosok itu berhenti dan berbicara dengan suara yang menggelegar.

"Kalian tidak seharusnya ada di sini. Ini adalah tempat terlarang."

Andi mengumpulkan keberaniannya. "Siapa kamu? Apa yang terjadi di rumah ini?"

Sosok itu menjawab dengan suara yang lebih tenang namun penuh kekuatan. "Aku adalah penjaga rahasia rumah ini. Keluarga Jan Willem telah melakukan dosa besar dengan berurusan dengan kekuatan gelap. Aku di sini untuk memastikan tidak ada yang mengulang kesalahan mereka."

Lila, yang mulai memahami situasi, berkata, "Kami tidak ingin mengganggu. Kami hanya ingin keluar dari sini."

Sosok itu memandang mereka dengan intensitas yang dalam sebelum akhirnya berkata, "Pergilah. Tapi ingat, rahasia ini harus tetap tersembunyi."

Tiba-tiba, dinding di belakang mereka terbuka, mengungkapkan jalan keluar menuju halaman belakang rumah. Tanpa berpikir panjang, Andi dan Lila berlari keluar, meninggalkan rumah dan semua misterinya di belakang mereka.

Saat mereka berdiri di luar, menghirup udara segar malam, mereka berjanji satu sama lain untuk tidak pernah kembali ke rumah itu. Rahasia di balik pintu terkunci akan tetap menjadi misteri yang mereka bawa sampai akhir hayat, sebuah peringatan tentang bahaya menggali terlalu dalam ke dalam kegelapan masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun