Ani mengambil napas dalam-dalam, memilih kata-katanya dengan hati-hati, "Budi, setiap kebaikan yang kamu tunjukkan, setiap senyum yang kamu bagikan, setiap bantuan yang kamu berikan kepada teman-temanmu di sini, semua itu mengubah dunia. Mungkin bukan seluruh dunia sekaligus, tapi dunia seseorang."
Matanya berbinar ketika ia menambahkan, "Kamu mungkin tidak melihat perubahannya langsung, tapi itu tidak berarti itu tidak terjadi. Ingat, cahaya kecil dapat menerangi lorong yang gelap, dan terkadang, itu semua yang kita butuhkan."
Budi melihat ke atas, mata Ani bertemu dengan matanya yang mulai berkilau. Ada secercah pemahaman, dan mungkin, sebuah semangat baru dalam dirinya.
"Terima kasih, Kak Ani," katanya dengan suara yang sedikit lebih keras dari biasanya.
Dari hari itu, Budi mulai lebih banyak berinteraksi, berbagi, dan membantu teman-temannya. Ani menyaksikan bagaimana satu anak, dengan kepercayaan yang baru ditemukan pada dampak tindakannya, bisa benar-benar mengubah atmosfer sekitar.
Melalui kutipan sederhana dari sebuah buku dan percakapan yang tulus, Budi belajar bahwa dia memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan, tidak peduli seberapa kecil, dan Ani belajar bahwa kadang-kadang, menjadi guru paling berharga adalah menjadi pendengar yang baik.
Puisi:
Cahaya Kecil di Lorong Gelap
Di lorong sunyi panti asuhan, Â
Dimana langkah kaki bergema, Â
Ada seorang anak, Budi namanya, Â
Menyimpan buku cerita di bawah sinar lampu yang remang.
Dia membaca tentang pahlawan tanpa jubah, Â
Tentang kebaikan hati yang membelah gelap, Â
Mengubah dunia dengan senyuman, Â
Sekecil apapun, namun menggema.
Ani datang, dengan senyum dan tanya, Â
Mendengarkan, bukan hanya mendengar, Â
Dia menawarkan kata-kata, menggali makna, Â
"Setiap kebaikanmu, Budi, membawa perubahan."