Apakah ini artinya egois? Tentu tidak, selama puluhan tahun menjadi buruh saya aktif berorganisasi sosial. Terakhir bekerja di sebuah pabrik bagian produksi sembari menjalankan organisasi difabel. Di sela-sela jam istirahat ketika kawan sesama buruh istirahat saya melakukan koordinasi organisasi melalui whatsapp, termasuk melayani wartawan untuk wawancara online, merencanakan pertemuan dengan pejabat pemerintah dan sebagainya.Â
Kerja buruh merangkap aktivis, tak banyak kawan sesama buruh yang tahu. Bahkan cenderung saya tutup utamanya agar atasan tidak tahu. Yang saya pikir tak semua orang berpandangan baik terhadap aktivisme, bahkan beberapa orang merasa alergi. Utamanya manejemen pabrik, mereka khawatir ada demo.Â
Seandainya perburuhan bisa diganti kemitraan
Itulah cita-citaku di hari buruh, selalu begitu. Prinsipnya sederhana meski prateknya mungkin tidak sederhana, bahwa ketika perusahaan punya modal dan rencana bisnis, lalu masyarakat memiliki SDM berupa ilmu pengetahuan atau keterampilan. Contoh kecil saja yang saat ini tengah kami lakukan Omah Difabel. Saya sebagai pengelola UKM melihat masker misalnya  sebagai prospek bisnis, namun tanpa para penjahit tak bakal ada satu helai masker pun tercetak. Demikian pun para penjahit, kerap kali keahlian mereka hanya ada di atas mesin saja, sementara untuk prospek bisnis dari sisi lebih luas seperti bagaimana memenangkan job tender tidak paham.Â
Jalan tengahnya adalah kami, manajemen Omah Difabel mengadakan rapat usaha dengan para penjahit untuk merumuskan HPP, cara kerja, cara upah dan kesepakatan lainnya yang tidak memberatkan satu pihak saja.Â
Artinya langkah awal untuk mengubah perburuhan menjadi kemitraan adalah masyarakat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas agar memilii nilai tawar di depan pengusaha.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H