Mohon tunggu...
jatmiko budisantosa
jatmiko budisantosa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya seorang mahasiswa universitas bojonegoro yang sangat berminat di bidang jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Di Balik Layar FYP: TikTok dan Krisis Kesehatan Mental yang Tak Terlihat

21 Desember 2024   12:28 Diperbarui: 21 Desember 2024   13:37 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh : Jatmiko Budi Santosa

TikTok dan Kesehatan Mental: Menjelajahi Pengaruh Positif dan Negatif di Era Digital

Di zaman modern yang terus berkembang dengan teknologi, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu platform yang paling menonjol saat ini adalah TikTok. Dengan popularitasnya yang terus meningkat, TikTok berhasil menarik perhatian jutaan pengguna di Indonesia, terutama generasi muda. TikTok menawarkan hiburan yang mudah diakses dan dirancang khusus berkat algoritma canggih yang mampu mempersonalisasi konten sesuai dengan minat penggunanya. Namun, di balik pesonanya, ada dampak signifikan yang tidak boleh diabaikan, khususnya terhadap kesehatan mental para penggunanya.

TikTok: Antara Hiburan dan Pengaruh yang Tidak Terhindarkan

Sebagai platform yang berisi berbagai macam konten, TikTok menawarkan sesuatu untuk semua orang. Mulai dari edukasi kesehatan, motivasi, inspirasi karier, hingga video hiburan yang lucu, TikTok telah menjadi tempat di mana pengguna dapat belajar sekaligus bersantai. Namun, tidak semua pengguna mampu menyaring dampak dari konten-konten tersebut. Paparan terus-menerus terhadap konten yang menampilkan kehidupan sempurna, gaya hidup mewah, atau pencapaian besar sering kali menciptakan tekanan psikologis, terutama pada generasi muda seperti Gen Z.

Generasi muda ini, yang tumbuh besar dengan teknologi, sering kali menggunakan TikTok sebagai pelarian dari stres atau kebosanan. Aktivitas menggulir layar tanpa henti (scrolling) di TikTok tampak sepele, tetapi sebenarnya memiliki dampak psikologis yang cukup mendalam. Ketika pengguna terus-menerus terpapar oleh konten yang tampak sempurna, mereka cenderung membandingkan hidup mereka dengan para kreator konten. Akibatnya, muncul perasaan tidak puas dengan diri sendiri, kurang bersyukur, bahkan keinginan untuk memaksakan diri demi mengikuti standar yang ditampilkan di media sosial.

Tren Viral dan Tekanan untuk Selalu Ikut Arus

Salah satu ciri khas TikTok adalah kecepatan munculnya tren baru. Setiap hari, ada tantangan baru, tarian viral, atau kutipan populer yang mendominasi platform. Bagi sebagian pengguna, mengikuti tren ini adalah cara untuk merasa terhubung dengan komunitas. Namun, tidak sedikit yang merasa tertekan untuk selalu mengikuti tren agar tidak ketinggalan.

Fenomena fear of missing out (FOMO) menjadi nyata di kalangan pengguna TikTok. Mereka takut dianggap tidak relevan jika tidak mengikuti tren terbaru, bahkan jika tren tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai atau kemampuan mereka. Hal ini sering kali menyebabkan pengguna memaksakan diri untuk membeli barang-barang mahal, mengikuti gaya hidup berlebihan, atau bahkan melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka sukai hanya demi popularitas di dunia maya.

Krisis Literasi Digital: Menjaga Pikiran Tetap Kritis

Salah satu tantangan terbesar di era digital ini adalah rendahnya literasi digital. TikTok, seperti platform media sosial lainnya, penuh dengan informasi yang tidak selalu valid atau dapat dipercaya. Banyak pengguna, terutama generasi muda, yang dengan mudah terpengaruh oleh konten yang sebenarnya tidak didasarkan pada fakta atau kebenaran.

Sebagai contoh, munculnya tips kesehatan yang tidak ilmiah, motivasi yang berlebihan tanpa konteks realistis, atau panduan gaya hidup yang sebenarnya tidak praktis sering kali diikuti oleh pengguna tanpa pertimbangan kritis. Ketika literasi digital rendah, pengguna menjadi rentan terhadap informasi yang menyesatkan, yang pada akhirnya dapat memengaruhi keputusan mereka dalam kehidupan nyata.

Dampak Sosial: Rapuhnya Jiwa Sosial di Era TikTok

Tidak hanya memengaruhi individu, TikTok juga berdampak pada hubungan sosial. Tekanan untuk selalu mengikuti tren, tampil sempurna, dan mendapatkan validasi berupa like atau comment dapat membuat pengguna lebih fokus pada diri sendiri dan mengesampingkan kebutuhan orang lain. Hal ini memunculkan sikap egois dan menurunnya kemampuan berempati.

Jiwa sosial generasi muda menjadi semakin rapuh ketika hubungan mereka dengan orang lain lebih banyak dibangun di atas interaksi virtual. Mereka mungkin merasa sulit untuk membangun hubungan nyata yang didasarkan pada kepercayaan dan empati. Akibatnya, ketika menghadapi konflik atau tantangan sosial di dunia nyata, mereka lebih rentan merasa terisolasi dan tidak mampu mengatasinya.

Fakta Penelitian: TikTok dan Kesehatan Mental

Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana dan Maryana, yang dipublikasikan dalam Jurnal Penelitian Perawat Profesional, memberikan gambaran yang jelas tentang pengaruh TikTok terhadap kesehatan mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% pengguna TikTok mengalami stres akibat paparan konten yang disajikan melalui halaman For You Page (FYP).

Temuan ini mengungkap bahwa banyak pengguna merasa insecure atau kurang percaya diri setelah melihat konten orang lain yang tampak lebih sukses atau bahagia. Selain itu, fenomena FOMO juga mendorong pengguna untuk melakukan tindakan yang sebenarnya tidak sesuai dengan kemampuan atau kebutuhan mereka.

Solusi: Bijak Menggunakan TikTok untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Menghadapi tantangan ini, penting bagi pengguna untuk lebih bijak dalam menggunakan TikTok. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

Batasi Waktu Penggunaan
Menghabiskan terlalu banyak waktu di TikTok dapat memperburuk kesehatan mental. Dengan membatasi waktu penggunaan, pengguna dapat menghindari paparan berlebihan terhadap konten yang berpotensi merusak.

Pilih Konten dengan Bijak
Fokus pada konten yang edukatif, inspiratif, dan sesuai dengan kebutuhan pribadi. Hindari konten yang memicu perasaan negatif atau membandingkan diri.

Tingkatkan Literasi Digital
Penting untuk selalu memeriksa validitas informasi yang ditemukan di TikTok. Jangan mudah percaya pada klaim atau tren tanpa melakukan penelitian lebih lanjut.

Beristirahat dari Media Sosial
Sesekali, ambil jeda dari media sosial untuk fokus pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Hal ini dapat membantu menjaga kesehatan mental dan membangun hubungan sosial yang lebih kuat.

Bangun Perspektif Positif
Ingatlah bahwa apa yang ditampilkan di media sosial sering kali hanya bagian kecil dari kehidupan seseorang. Jangan membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan.

Kesimpulan: TikTok, Sahabat atau Musuh?

TikTok adalah alat yang sangat kuat yang dapat memberikan dampak positif maupun negatif tergantung pada bagaimana penggunaannya. Untuk memanfaatkan TikTok secara optimal, pengguna perlu menyadari dampak psikologisnya dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan mental mereka. Dengan menjadi pengguna yang bijak, generasi muda dapat menjadikan TikTok sebagai alat untuk berkembang dan belajar, tanpa terjebak dalam sisi gelap dunia digital. (jbs)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun