Mbah Warno lalu membuka matanya dan menatap dengan tajam tepat ke arah titik pusat pusaran air di dalam baskom itu. Dahi Mbah Warno tampak berkerut, dan bacaan mantranya pun semakin keras dan cepat seiring dengan munculnya sosok seekor kucing besar berwana hitam kelam dengan mata yang merah memancarkan rasa amarah yang luar biasa.
Kucing itu mengeluarkan suara geraman sambil memandang secara bergantian ke arah Mbah Warno, Wuryani dan Mintarsih, seolah-olah hendak  meloncat menerkam salah satu dari ketiga manusia yang sudah berani mengganggunya. Wuryani dan Mintarsih yang ketakutan setengah mati tak berani beradu pandang dengan mahluk siluman itu.
Sebaliknya ketika beradu pandang dengan Mbah Warno, siluman kucing Condromowo hanya bisa gereng-gereng, kedua cakar kaki depannya hanya bisa bergerak-gerak di atas baskom sehingga air yang di dalam baskom ikut tumpah keluar  dan membasah lantai rumah Mbah Warno.
Meski kepala dan kedua cakarnya yang di depan sudah bisa keluar dari dalam air baskom, namun tetap saja siluman kucing itu tak bisa bergerak lebih jauh lagi. Hanya geraman yang keluar dari mulutnya dan memperlihatkan taringnya yang berwarna merah darah itu saja yang bisa dilakukannya.
Melihat sosok kucing siluman yang setengah badannya keluar dari air yang ada di baskom itu membuat Wuryani dan Mintarsih semakin ketakutan. Keduanya hanya bisa berangkulan tanpa berani memandang ke arah kucing siluman itu. Hanya  tampak dibibir keduanya sedang komat-kamit mengucapkan doa-doa yang bisa diingatnya untuk menentramkan hati dan perasaannya yang tak karuan serta degup jantungnya yang berdetak kencang tak beraturan.
Mbah Warno yang melihat separo badan kucing siluman itu sudah keluar dari air di baskom tiba-tiba berteriak,"Mulih ning asalmu kono!" Yang kemudian  menyabetkan ikat kepalanya kearah kepala siluman kucing Condromowo. Benturan antara ikat kepala dan kepala  siluman kucing itu mengeluarkan suara yang gemelegar seperti suara petir.
Siluman kucing Condromowo itu pun kemudian menghilang dari pandangan mata mereka  dan air baskom yang ada kembang telonnya pun perlahan mulai tenang kembali dan sampai akhirnya  tak ada gerakan apapun di dalamnya.
Mbah Warno kemudian berkomat-kamit membaca mantra yang lalu ditiupkannya sebanyak tiga kali ke dalam air bunga yang di dalam baskom dan kemudian mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya ritual untuk menolong keluarga Wuryani dari gangguan siluman kucing Condromowo.
Wuryani dan Mintarsih pun bisa bernafas lega dan juga tak lupa memanjatkan puji syukur kepada Yang Maha Kuasa dengan selesainya ritual yang menegangkan sekaligus menakutkan itu.
"Nak Wuryani, kucing siluman itu sekarang sudah kembali ke asalnya, tapi dia kan tetap menagih janji tumbal nyawa kepada yang sudah meminta jasa pertolongannya, bukan kepada dukun yang menjadi perantaranya karena kucing siluman itu tak akan berani kepadanya," ucap Mbah Warno.
"Lihat saja dalam sepekan ke depan, apa yang akan terjadi, terjadilah karena kehendak Yang Maha Kuasa," imbuh Mbah Warno.