"Wuri, sudah tiga hari aku berada disini tapi aku tak pernah ketemu dengan  suamimu , apa Purnomo sedang tugas luar kota?" tanya Pak Sarijo kepada putrinya yang bernama Wuryani.
Sebuah pertanyaan yang wajar dan diucapkan dengan nada yang  penuh keheranan itu seperti sebuah pasak yang menembus jantung Wuryani, sakit tak terperikan rasanya. Wuryani harus menutupi keadaan yang sebenarnya, keadaan yang menyakitkan yang tengah terjadi menimpa bahtera rumah tangganya.
Mbok Darmi, asisten rumah tangganya, termasuk Kuntoro dan Nastiti kedua anaknya, semuanya sudah dipesan supaya tidak bercerita kepada Pak Sarijo  tentang keadaan yang sebenarnya sedang terjadi di dalam rumah tangganya.
Menjawab pertanyaan ayahnya itu, Wuryani terpaksa harus berbohong dengan membuatkan alasan yang kuat atas ketidak-hadiran Purnomo suaminya di saat ayahnya datang berkunjung menengoknya. "Pak, nyuwun ngapunten saya lupa memberitahu  kalau Mas Purnomo sedang  ada tugas dari kantornya untuk study banding ke luar negeri selama tiga bulan, dan baru sepuluh hari yang lalu berangkatnya".
"Mas Purnomo sebelum berangkat juga berpesan supaya saya memintakan pamit dan memohonkan doa restu kepada bapak supaya lancar study bandingnya," imbuh Wuryanti dengan suara sedikit bergetar dan wajah yang tertunduk tak berani beradu pandang dengan bapaknya. Untuk mengurangi kegugupannya itu, Â Wuryani lalu mendekati Nastiti dan pura-pura menyisir rambut putrinya yang sebenarnya sudah rapi.
Sudah tiga bulan lebih Purnomo  berubah perangainya, dia menjadi gampang marah dan emosional serta tak betah berada di rumah. Bukan hanya kepada diri Wuryani saja, kepada anak-anaknya pun sikap dan perilakunya berubah drastis. Tidak ada lagi rasa kasih sayang seorang ayah yang ditujukan kepada kedua putra-putrinya. Bahkan terhadap Mbok Darmi yang sepantaran dengan usia ibunya pun Purnomo bersikap ketus dan sama sekali tak menunjukkan rasa hormat kepada orang yang umurnya jauh lebih tua.
Tidak hanya itu saja, sudah hampir dua bulan Purnomo pergi dan tidak pulang. Tidak memberi kabar apapun kepada isteri dan anak-anaknya. Hanya sewaktu mau pergi Purnomo bilang jika dirinya ada tugas dari kantor untuk study banding ke luar negeri.
Uang belanja dan uang untuk keperluan lainnya yang biasa diberikan Purnomo kepada isterinya tetap tak berubah jumlahnya. Hanya saja cara memberikannya yang aneh karena hanya diletakkan  begitu saja diatas meja tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Hal inilah yang membuat Wuryani semakin bingung dalam menghadapi perubahan perilaku suaminya yang dari hari ke hari semakin kasar dan menyakitkan hatinya, selain itu juga membuat anak-anaknya menjadi tambah ketakutan kepada bapaknya.
Tambah lebih menyakitkan hati lagi bagi Wuryani  ketika  pada suatu sore ada seorang tamu yang datang ke rumahnya. Tamu itu seorang perempuan muda yang cantik dan seksi. Tamu itu mengaku bernama Frida, dan dia menyebutkan asalnya dari ibukota.
Frida yang cantik itu mengaku jika dirinya sudah menikah secara siri dengan Purnomo, dan sekarang sudah dibelikan sebuah rumah di perumahan elit yang terletak di daerah utara kota Yogya. Tidak hanya rumah, sebuah mobil sedan keluaran terbaru buatan negeri Ginseng yang ditumpanginya itu pun dikatakan sebagai pemberian dari Purnomo suami sirinya.
Yang lebih menyakitkan lagi, perempuan cantik yang mengaku isteri siri Purnomo suaminya itu mengatakan jika Wuryani tak bisa menerima semua itu, dia akan diceraikan oleh Purnomo. Â Purnomo lebih memilih isteri sirinya daripada Wuryani.