Mohon tunggu...
Jason Aldrich Kenan
Jason Aldrich Kenan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Heydooo! Perkenalkan saya Jason Aldrich Kenan, mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Problematiknya Seragam dan Pemaknaanya (Dalam Pandangan Interaksionisme Simbolik)

27 Desember 2021   12:28 Diperbarui: 27 Desember 2021   12:48 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Seragam sekolah baginya justru hanya menambah tugas guru, yaitu terkait merazia siswa dengan pakaian yang tidak sesuai aturan seragam sekolah. 

Baginya kegiatan ini hanya menghabiskan waktu dan energi guru yang sama sekali tidak berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. 

Ia juga menambahkan bahwa seragam sekolah sama sekali tidak berkaitan dengan kualitas pendidikan Indonesia. Ini dibuktikan dengan beradanya Indonesia di peringkat 72 dari 77 negara pada skor PISA (Programme for International Student Assessment).

Lalu bagaimana sosiologi memandang fenomena ini?

Interaksionisme simbolik adalah salah satu perspektif sosiologi yang sering dipakai dalam permasalahan sosiologis. Teori ini dikembangkan oleh  John  Dewey,  Charles  Horton  Cooley,  George Herbert Mead dan Herbert Blumer. 

Inti dari perspektif ini adalah bahwa interaksi dalam masyarakat menghasilkan simbol-simbol yang kemudian maknanya digunakan dalam proses interaksi antar individu. Interaksionisme simbolik menekankan pada penggunaan simbol-simbol sebagai bentuk komunikasi. Kemudian dari mana makna simbol ini berasal yaitu dari kesepakatan dari masyarakat itu sendiri. Bagi interaksionisme simbolik, penggunaan simbol inilah yang membedakan manusia dengan binatang.

Interaksionisme simbolik diawali oleh Herbert Blumer yang memandang bahwa manusia bukan hanya bereaksi atas tindakan orang lain, namun juga mendefinisikan atau menerjemahkan tindakannya sendiri. Pandangan ini disebut sebagai teori behaviourism, yang kemudian dikembangkan oleh Mead dan kemudian menjadi teori baru yaitu behaviourisme-sosial. Rincian teori Mead kemudian dibukukan sebagai hasil pengajaran oralnya yang kemudian diberi judul “Mind, Self, and Society” pada 1934 (Ahmadi, 2005).

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, seragam seolah sudah menjadi simbol siswa dalam dunia pendidikan. Misal saja dalam keseharian, saat kita bertemu dengan siswa dengan seragam putih-merah, kita akan memiliki kecendurungan bertanya (kepada pelajar tersebut) mengenai pengetahuan dasar seperti membaca, berhitung, ataupun menulis. Berbeda saat kita bertemu siswa dengan seragam putih-abu-abu, pertanyaan yang mungkin kita lontarkan lebih abstrak juga lebih kompleks. Pembedaan seragam pada tiap jenjang kemudian menjadikan simbol intelek seorang siswa yang mengacu pada tingkatan pendidikannya.

Contoh lain dapat kita lihat adalah adanya gengsi yang lebih besar saat seorang siswa memakai seragam sekolah yang memiliki prestise lebih tinggi dari sekolah lain. Sekolah kenamaan dengan segala popularitasnya, entah itu prestasi akademik maupun non-akademik ataupun juga karena dikenal pelajar sekolah tersebut adalah anak orang kenamaan, dsb.Ini menandakan adanya pemaknaan seragam yang amat berbeda dari tujuan awalnya, yaitu keseragaman dalam keberagaman.

Terlepas dari segala problematika dan pemaknaan seragam, namun begitu seragam masih amat relevan teruntuk pelajar Indonesia. Indonesia yang beragam suku, ras, dan agama yang tentunya beragam pula kebudayaan manusianya, menjadikan seragam masih amat relevan bagi pelajar. Ini juga merupakan langkah kedisiplinan siswa sebagai pemebentukan karakter yang sesuai dengan masyarakat Indonesia yang beragam. Namun jika dirasa seragam di kemudian hari memberatkan bahkan menimbulkan konflik interaksi antar siswa, perlu diambil tindakan lebih lanjut, Karena sejatinya, berseragam ataupun tidak, pembelajaran harus tetap bernafaskan humanisme.

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun