Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Horor dan Misteri] Lading

29 September 2016   21:23 Diperbarui: 30 September 2016   09:45 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekelabat cahaya perak itu melintas cepat. Namun tebasan itu tak mengakhiri sengal-sengal nafas Matt. Darah mengucur dari gua yang digali si Lading di leher Matt.

“Matt!!”

Maggie menatap nanar pada Matt yang terkapar berkubang darah. Ia biarkan Lading bermain sesuka hati. Pada tubuh kurus Matt, satu persatu sendi dicongkel lepas. Helai demi helai rambut tercabut. Selapis demi selapis kulit tersayat. Bungkah demi bungkah daging tersobek, terbelah, tercacah-cacah hingga tak ada lagi keutuhan. Lorong di leher Matt tak henti kucurkan darah yang perlahan mengental lalu menghitam Baunya begitu anyir menggoda setan.

Maggie menyeringai. Ada sinis kepuasan di sudut bibir mungilnya. Sekali tiupan beterbanglah sekian ribu serangga, bermanuver sejenak lalu serentak menghabisi hasil mutilasi Lading pada raga Matt. Maggie melolong... dalam bahasa yang telah lama menjadi bahasa ibu keduanya.. bahasa yang tak perlukan fonem indah...cukup bebunyian yang sanggup mengorek darah dan nanah dari gendang telinga sesiapa pun mahluknya.

Lalu dengan liukan cantik, Maggie merobek dinding. Ladingnya menumpahkan semua darah yang telah dihisapnya, di sana, di dinding yang selama ini merekam babak penodaan mengenaskan yang telah dialami Mag. Maggie ingin menghapus rekam jejak di dinding itu. Agar tiada lagi tanda kehadiran Matt di sana. Agar sirna dengus nafas bau dan lelehan mani di bawah ancaman belati. Agar dinding kembali kosong. Agar gerumbul bambu tak lagi resah, berisik menanyakan kapan tiba Matt bertandang ke sana.

(o-o)

Nun jauh di tengah pekatnya malam, lidah api menjulang. Warga desa dalam pengungisan menengarai kobaran api itu berasal dari area tempat tinggal si bocah seram, Maggie. Tak ada kegaduhan seperti yang biasa terjadi saat mereka melihat kebakaran. Warga terbungkam. Tak ada jerit histeris, tangis melengking. Mungkin dingin malam ini begitu menyengsarakan. Sanak kerabat menghilang. Harta entah kemana melayang. Mereka hanya mampu termenung. Terkenang pada lahan subur yang kini serupa kubur. Sesal tak berkesudahan pada jiwa-jiwa yang dengan sengaja telah mereka berangus. Tak ada yang ingin bicara. Biarlah televisi saja yang ripuh meramu dan campur-adukkan fakta dengan dusta setajam lidah...Lading.

-Fin-

fiksi-horor-dan-misteri-judul-57ed237b957a61ed37610581.jpg
fiksi-horor-dan-misteri-judul-57ed237b957a61ed37610581.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun