Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Horor dan Misteri] Lading

29 September 2016   21:23 Diperbarui: 30 September 2016   09:45 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh, Maggie merasa tak perlu bertanya mengapa ia harus menghunus si Lading pada jiwa-jiwa tertentu. Bahkan ketika jiwa-jiwa itu mendiami raga mungil yang belum lama lahir. Tapi Maggie merasa bukan tugasnya untuk bertanya tentang dosa apakah hingga kehidupan tak layak diperjuangkan oleh jiwa-jiwa murni itu.

Seperti malam ini. Tugas kembali menanti. Titah datang bersamaan dengan tumpahnya hujan dari langit. Begitu murah hatinya sang langit, hingga tumpahan airnya membuat hutan tempat Maggie biasa berkembara, tampak bergolak. Beberapa nampak kehilangan pijakan. Pepohonan banyak goyah. Mereka riuh bertarung melawan amukan taifun.

Kreasshh!!

Maggie bergerak lincah. Melesat dari satu pintu ke pintu. Dari satu buaian ke buaian. Bayi-bayi yang tengah menyesap tetek ibunya tak sempat merengek. Dalam sekali tebas, jiwa murninya lepas bersama lenyapnya kelebat sinar perak si Lading di tangan Maggie.

Kreasshh!!

Langit tumpah meluruhkan tanah. Larut bersama darah dan jiwa-jiwa yang ketakutan. Tak sedikitpun Maggie gentar dicap bengis nan keji. Sebab telah lama ia menjadi saksi bagi jiwa-jiwa suci yang terusir dari hangatnya rahim bunda bahkan ketika mereka masih dalam bentuk nutfah serupa lintah. Mereka jauh lebih keji. Merekalah ahlinya bengis. Tanpa hati mereka telah benamkan jiwa-jiwa murni ke dalam aliran sungai, penyokong hidup desa ini. Dalam sehari, dua rahim dikerat. Bergalon darah dan birahi digelontorkan, mengotori sungai yang telah lalui perjalanan panjang nan melelahkan, sejak dari pucuk gunung. Dan mereka tak menghargai ketulusan itu. Menistainya dengan semena-mena. Bukankah pantas bila sungai-sungai lantas murka. Meluap. Melibas semua tanpa tebang pilih. Melahap tanpa pandang bulu. Sungai-sungai telah muak dijejali bangkai sekian lama ini. Bukan tugas mereka mengakhiri riwayat sebuah jiwa. Membantai, itu adalah tugas Maggie.

(o-o)

Maggie terkulai. Di tangannya, si Lading masih menggerung lapar, beringas dan haus darah. Meliuk, mengendus, mencari-cari urat nadi.

“Matt...?!”

Ujung runcing si Lading terhenti. Maggie memandang tak mengerti. Namun si Lading keras berlari. Mengarah pada Matt yang terbelalak ngeri. Lalu tanpa basa-basi, seperti ritual pengebirian primitif, Lading bergerak cepat membantai.

Kreasshh!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun