“Dan mau apa kau?!” dagu tinggi Ramon menerima tantangan Mum.
“Tidak ada es teh bunga roselia dengan perasan jahe merah,” demikian ultimatum Mum.
“Aku bisa minta Rumi yang buatin,” elak Ramon.
“Tidak ada Mie Soba dengan irisan asparagus segar. Tak ada yang bisa membuatnya, tidak juga Rumi yang hanya pandai membuat sega bumbu mugana.”
“Terserah, toh aku pun sedang bosan dengan soba itu.”
“Ya sudah. Aku mau bilang ke ibu supaya dibebas-tugaskan dari kerja bebenah rumah utama,” ketok palu Mum.
“Terus siapa yang akan membereskan kamarku?”
“Ya Mas Momon sedirilah...,” senyum Mum sarat kemenangan.
“Moman-momon! Ramon, titik! Apa susahnya sih? Dasar kau Mumum… Mum mumtah aku menyebut nama Mumum!”
“Sama. Saya juga mo… mo… moncer di jamban kalau sebut nama Momon!”
Dan pada akhirnya tak tercapai kesepakatan apapun di antara keduanya. Hardy Romansky harus pasrah menerima panggilan Momon sebagai kependekkan Ramon begitulah mengacu pada penjelasan Mum sebelumnya. Adapun Mumtaz Hannah juga harus ikhlas dipanggil Mumum. Sesekali Mumi atau Mumun menyesuaikan situasi dan kondisi. Tapi Munyuk?