Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saputangan Rinai... [2_3]

26 Mei 2016   14:52 Diperbarui: 2 Juni 2016   23:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Genta menolak rujukan ke rumah sakit besar. Ia tak ingin kecerobohannya dalam berkendara menimbulkan kekacauan di Pusat. Apalagi karyawan di kantor cabang pun sudah dibuatnya repot. Ia sungguh tak mau Pusat tergopoh-gopoh datang lalu menjadikannya pasien VVIP yang dikerangkeng sepi. Toh semua hasil test segala scan telah menyatakan tak ada luka dalam yang serius ataupun patah tulang. Ia benar-benar pria dengan peruntungan yang bagus. Aih, apa gerang hebatnya ia hingga Tuhan terlalu baik kepadanya…

“Maaf, Suster, apa ada yang menemukan saputangan saya?” tentu saja, Gen takkan pernah melupakan benda keramatnya, tak peduli sesakit apa yang tengah ia derita. Terutamanya, untuk saat-saat seperti ini, ia mendamba bulatan matahari itu. Ia sangat butuh pengobar semangat hidupnya. Apalagi kalau bukan, saputangan itu…

                                   

“Oh, saputangan ini ya Pak?” suster menunjukkan kain terlipat segiempat yang ditindih kitab suci.

Genta menyambutnya dengan lega. Namun keningnya segera berkelipat. Matanya segera mengenali kejanggalan saputangan ini. Sensor di jari-jemarinya pun mengatakan hal yang sama. Gen memicingkan matanya. Motif sulaman itu sama. Tiap lekuknya pun tiada berbeda. Putih busamnya juga persis. Perlahan Gen meremasnya. Dan iapun yakin pada sesuatu yang hilang itu. Benda ini benar bukan saputangannya yang lama. Kelembutan yang dihasilkan lorong masa tak ada di sana. Bahkan Gen bisa mengendus jejak keringatnya benar-benar hilang. Tak dipungkiri lagi, bila saputangan ini terbuat dari katun baru. Serupa tapi tak sama. Kembar namun berbeda.

“Dimana bibi yang biasa bertugas menukar pakaian saya, Sus?” tanya Gen hati-hati. Ada degup aneh yang menjalar di bilik hatinya. Selalu ada hawa dingin nan sejuk yang menyusup sembunyi-sembunyi bila menyangkut soal saputangan itu. Kini hawa itu lebih menusuk, Gen mulai takut ia akan kehilangan saputangan itu.

“Ooh, bibi yang gendut itu ya, Pak?”

Gen mengiyakan dengan cepat. Lupa kalau lehernya masih perlu tindakan lembut.

“Bibi itu tak datang lagi seminggu setelah Anda dipindahkan ke ruang perawatan,” jelas suster.

“Lalu?” Gen, dengan sifat tak sabarannya itu memburu penjelasan.

“Lalu.. ehm, saya dengar dia sakit, atau kerabatnya, anaknya, entahlah…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun