"Kamu pernah lihat pantat bayi nggak?"
Gubraks! Haha. Ya-ya! Aku tahu, aku tahu! Shut up! Hei, bukankah sudah kukatakan cinta sanggup mengubah jahanam terlogis menjadi badut terkonyol?? Haduh, untungnya aku tak keseleo lidah menyebut pantat kuda...
Lihat! Mumun merengut. Oh, tidak. Tolonglah jangan merengut begitu, Periku. Ah, Mumun pasti tak sadar bila cembung pipinya itu kian menggemaskan saja. Segera kupejamkan mata. Kenapa? Harus! Tak tahan rasanya melihat periku pamer anugerah indah dari Tuhannya Yang Maha Pemurah. Sumprit! Luar biasa menggodanya. Auh, Betari! Katakan pasti! Pasti selembut, sehalus dan membal seperti pantat bayi. Wanginya?? Aa, yang itu perlu untuk kuperiksa dulu. Bagaimana? Pantas untuk dicoba, bukan?
"Bolehkah..."
"Tidak!"
"Sedikiiiit saja..."
"Tidak!"
"Kalau gitu, banyak aja deh."
"Tidaklah yaaa..."
"Ugh, pelit!"
"Biarin!"