"Glepung itu tepung terigu."
Aku menelan ludah. Alamak! Pantaslah pipi itu serupa benar dengan kue bakpau. Mendadak jari jemariku gatal. Tak bisa diam. Kelayapan. Maju mundur menggaruk kaki meja ukiran.
"Pasti kalau mandi pakai facial foam, ya? Itu-tuuh, seperti di iklan-iklan tivi," aku menebak tak ragu. Berdasar pengamatanku tentu. Sudah sejam yang lalu aku memelototi pipi tembam itu. Gokil apa gila?
"Bukan facial foam, Mase..."
Waduh, salah ternyata. Makanya jangan sok tahu. Tidak semua perempuan budak kosmetik. Berisik!
"Lalu?" aku memburu. Yap. Sambil mataku menatap sendu. Pada pipi itu.
"Pakai sabun dulit!" tegas periku dengan rona memerah jambu. Jambon yang membuatku makin terlongong.
Batara! Ternyata khasiat sabun dulit sungguh unik. Tak hanya gelas, piring yang diampelasnya. Pipi periku pun digilas. Dipoles. Cling! Selicin itu. Terpujilah sabun dulit!
"Mun..."
"Hmm..." sambil ber-hmm, ekor matanya mengerling ke arahku.
Deriap! Deriap! Drapp! Drapp! Seratus tapak kuda sekonyong-konyong berpacu. Berderap-derap di lintasan dadaku.