Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Lelaki Kecil Bernama Ihsan

8 April 2015   12:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:23 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428477387321366915

Bergegas Ihsan menyusun kayu, mendorong ujung-ujungnya mengais bara. Dengan kesabaran yang mengagumkan bocah itu berhasil menciptakan api. Sudah seminggu ini tabung gas 3 kg kosong, belum ditukar karena tak ada uang. Namun Ihsan sudah mereka-reka bila esok uang itu pasti diperolehnya.

"Darimana uang kau dapatkan, Ihsan?"

Kameraku menyorot pada setumpuk daun pisang yang bila ditambah dengan upah memasukkan sabut-sabut kelapa ke dalam karung maka tak hanya tabung gas, mungkin bila pasar tengah berbaik hati kepadanya maka sayur bening bayam kesukaan Irma akan lengkap dengan wortel dan labu yang ia dapati. Ihsan tak kenal putus asa, walau kenyataan acap berlaku keji, seringnya para pedagang di pasar lebih memilih untuk menjual wortel-wortel separuh busuk sisa dagangannya kepada pedagang kelinci daripada memberikannya secara cuma-cuma kepada Ihsan. Wortel separuh busuk? Kelinci-kelinci peliharaan Inanta takkan doyan, sebab Inanta selalu memberinya wortel organik demi kesehatan mamalia lembut kesayangannya itu.

"Ihsan pernah kok makan roti," sahutnya dengan polos dan rasa bangga yang seketika membuatku menyesal atas pertanyaan terbodohku. "Kalau bang Waji tak kuat menaiki tanjakan, Ihsan membantu mendorong tombong rotinya dari belakang. Setelah itu dapatlah Ihsan roti saduran, nanti dibagi sama adek," terang Ihsan, perhatiannya tetap fokus pada sayur bayam yang tengah ia tuang ke dalam mangkuk plastik tanpa logo BAP Free, lalu dicuci panci sekedarnya untuk dipakai menjerang air mandi ibu dan Irma. Menurut asistenku, makna roti saduran adalah roti yang tak laku dijual hari itu.

Sepagian bocah lelaki kecil kurus -subyek yang kuharap akan melambungkanku di ajang bergengsi- telah sibuk mengurus segala urusan rumah tangga. Bila kau seorang kanak-kanak yang bahkan tak tahu apa itu tanggung-jawab, lalu takdir kehidupan dengan suksesi kekejamannya sanggup mendesaknya untuk memikul tanggung-jawab seberat itu, bukankah tidak berlebihan bila editorku berkata bahwa filmku benar-benar menakjubkan?

"Ayo, Dek, lekas sini kakak pakaikan bajumu," bujuk Ihsan pada Irma yang tak henti melompat-lompat mengelak sapuan handuk kumal ke tubuh kuyupnya. Di sudut bale bambu, ibu diam tergugu, sudut matanya mengucur luh tanpa isak sedu. Zoom kameraku lekas menangkap 'scene' nan syahdu. Kelak di layar HD, nurani-nurani jelas kan terganggu sebab tiada ambigu pada kepiluan itu.

"Ihsan berangkat, Bu!" Ihsan meraih tangan sang ibu, lembut diciumnya lalu berganti didekatkan pada mulut Irma. Ibu diam tak bicara, matanya masih teguh menerawang hampa, tak silau oleh kekuatan cahaya kamera, bibir ungunya komat-kamit sedang lubuk hatinya pasti menjeritkan doa.

Sepanjang jalan, Irma tertawa-tawa -dengan bibir bersimbah liur dan satu dua butiran nasi menempel di pipi, luput dari sendok yang tadi disuapkan Ihsan- tak tahu menahu bila kakaknya bermandikan keringat, susah payah mendorong Family, sepeda roda tiga bekas seorang tetangga baik hati. Ini hari Minggu, hari yang Ihsan selalu tunggu. Inanta tengah berlibur ceria di wahana-wahana menyenangkan. Lain halnya dengan Ihsan yang merayakan akhir pekan untuk berburu ilmu di Rumah Singgah samping kantor dinas pendidikan.

"Selamat datang di sekolah, Ihsan dan adik Irma!" sapa seorang perempuan muda.

"Maaf terlambat sedikit, Kak," Ihsan tersipu. Lalu membiarkan perempuan muda lainnya mengambil alih gagang sepeda, mendukung adiknya itu hingga memasuki ruang sebelah kelasnya untuk bergabung dengan anak-anak seusianya.

"Mengapa Ihsan tak bersekolah seperti kawan yang lain?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun