Demikianlah ketika memasuki jalan yang menghubungkan antar desa, ada beberapa orang yang masih berdatangan menuju Desa Turi Agung. Mereka ada yang berjalan kaki, dan bagi yang berkecukupan mereka menunggangi kuda. Acara hiburan yang akan berlangsung nanti malam di Festival Desa rupanya menjadi magnet bagi orang-orang ini.
"Sogol, kamu tahu ketapel yang kita lihat di pasar tadi? Widura mengajukan sebuah pertanyaan di sela-sela obrolan. "Bisakah kamu membuat ketapel seperti itu?"
Sogol sejenak terdiam berusaha mengingat sebelum menjawab, "Aku rasa aku bisa membuatnya."
"Boleh kan bila kamu membuatkan sebuah untuk aku. Nanti aku beli dengan harga yang sama dengan yang di pasar," Widura berkata.
"Memang buat apa ketapel itu?" tanya Sogol.
"Aku ingin berburu memakai itu," jawab Widura.
"Oo, begitu. Baiklah," jawab Sogol singkat.
"Mungkin kamu bisa sekalian membuat beberapa buah. Nanti bisa dijual," usul Widura.
"Kalau itu kita lihat nanti saja. Kalau hasil buatanku bagus, mungkin bisa aku jual," balas Sogol.
Mereka terus berjalan sambil sesekali berbincang. Di sepanjang jalan, mereka beberapa kali berpapasan dengan warga Desa Ngalam atau Pandan Asri yang berniat ke Desa Turi Agung.
Ketika suasana mulai remang-remang, rombongan mereka memecah diri di persimpangan. Ratri dan ayahnya menuju ke Desa Pandan Asri, sedangkan Widura dan yang lainnya ke Desa Ngalam.