Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 16

13 Januari 2025   13:03 Diperbarui: 13 Januari 2025   13:03 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Mungkin juga karena kamu keseringan main-main sama teman laki-laki, jadi nggak tertarik memakai perhiasan," timpal Widura.

"Bisa jadi," Ratri menyahut pendek.

Widura melihat-lihat kumpulan hiasan rambut sambil menentukan sekiranya mana yang paling menarik.

"Nyai, berapa harga untuk hiasan rambut ini?" tanya Widura.

"Satu keping tembaga untuk tiga hiasan," jawab perempuan penjaga lapak.

Widura memilih sebuah hiasan berjenis jepit rambut bermotif bunga dan dua yang lainnya bermotif kupu-kupu.

"Ini satu buat kamu," Widura menyerahkan sebuah hiasan yang bermotif kupu-kupu untuk Ratri. "Masak perempuan nggak pernah pakai perhiasan? Ini biar bisa kamu pakai sesekali."

"Wah, ini buat aku?" tanya Ratri.

Widura hanya mengangguk sambil menyerahkan sekeping uang tembaga ke penjual.

"Sebenarnya aku punya beberapa perhiasan di rumah, tapi memang pada dasarnya aku yang malas memakainya, hehe," ucap Ratri. "Tapi, terima kasih ya."

"Anggap saja itu hadiah tambahan keberhasilan kamu di pertandingan bela diri. Haha," jawab Widura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun