Tiga anak itu segera mengangguk berbarengan.
"Aki dengar dari ayahnya Nak Widura, kalian mau belajar silat, betul?" Ki Jagabaya bertanya.
"Betul Ki Jagabaya," Widura menjawab dan menambahkan, "Lalu saya mengajak teman-teman. Ternyata dua teman saya ini juga tertarik ingin belajar silat."
"Bila kalian berlatih silat dan nantinya sudah bisa membela diri, jangan suka bikin masalah. Ingat yah, yang namanya bela diri digunakan untuk membela diri bukan untuk bikin gara-gara, apalagi menyakiti orang lain. Kalian paham?" Ki Jagabaya menasehati.
"Iya Ki Jagabaya," tiga bocah itu menyahut.
"Latihan silat bukan hanya latihan memukul dan menendang saja. Ada latihan lain yang menguatkan tubuh yang itu juga harus dijalani. Latihan ini bisa dilakukan sambil bekerja. Selain itu ada juga latihan kelincahan dan latihan daya tahan," tutur Ki Jagabaya.
Tiga anak itu manggut-manggut, tapi alis mata mereka agak berkerut.
"Latihan sambil bekerja itu yang seperti apa, Ki Jagabaya?" Murti bertanya.
"Misalnya kalian membawa air, menimba air, dan mencangkul di kebun itu juga bisa disebut latihan. Itu dapat memperkuat tubuh. Jadi, semakin sering kalian membantu pekerjaan orang tua, itu makin bagus untuk tubuh kalian," Ki Jagabaya menjelaskan.
"Oh begitu ya," sahut Murti mulai paham. Sementara dua bocah yang lain ikut manggut-manggut.
Bersamaan dengan itu, seorang wanita seumuran Ki Jagabaya terlihat keluar dari pintu. Rambutnya mulai memutih, wajahnya teduh, dan bibirnya melukiskan senyum. Wanita yang merupakan Nyi Jagabaya itu membawakan minuman air kelapa muda untuk tamu-tamu kecilnya.