Setelah beberapa lama, sambil tetap berendam, tiga anak itu beristirahat dan memulai percakapan.
"Bagaimana ajakanku kemarin? Apakah kalian berminat ikut berlatih silat kepada Ki Jagabaya?" Widura membuka percakapan. "Daripada aku sendirian, pikirku lebih baik kalau ada teman yang sama-sama belajar. Makanya aku mengajak kalian."
"Itu aktifitas yang menarik, aku mau ikut," kata Murti.
"Setelah mendengar ceritamu di perjalanan kemarin, aku jadi ingin ikut juga. Aku juga sudah bilang ke orang tua ku dan mereka tidak mempermasalahkan," Sogol menimpali.
"Wah, asyik nih, kalau begitu bagaimana bila nanti sore kita ke rumah Ki Jagabaya.
Maka di sore itu, tiga anak laki-laki yang berusia sekitar sepuluh tahunan mendatangi rumah Ki Jagabaya. Sebuah rumah yang cukup bagus dari rata-rata rumah warga desa yang lain. Rumah yang perlahan diperindah dari hasil kerja sebagai pengawal di masa muda Ki Jagabaya.
Seseorang yang sudah berumur terlihat duduk di teras rumah. Rambut orang itu telah berwarna abu-abu. Ia menikmati segarnya udara sore yang diselingi aroma berbagai tanaman yang tumbuh di sekitar halaman rumah. Walau telah berusia, tubuh orang itu menyisakan kekekaran di masa mudanya.
Langkah-langkah kecil Widura dan dua orang temannya menyeberangi halaman rumah Ki Jagabaya. Sejenak setelah sampai di dekat teras rumah Widura lalu berucap salam, "Permisi Ki Jagabaya, kami mohon ijin bertamu."
"Oh iya, ayo duduk di sini," Ki Jagabaya mempersilahkan tamu kecilnya sambil menepuk sisi tempat duduknya.
Tiga anak itu pun mendekat dan duduk di dekat Ki Jagabaya.
"Kalian ini Widura, Sogol, dan Murti, toh?" tanya Ki Jagabaya.