Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 3

22 Oktober 2024   06:15 Diperbarui: 29 Oktober 2024   06:42 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cakrawala barat mulai berwarna jingga saat Ki Baskara dan Widura memasuki sebuah desa. Saat ini dua orang ayah dan anak itu telah menempuh separuh jalan. Mereka memerlukan menginap dan melepas lelah setelah seharian berjalan. Mereka langsung mencari aula desa yang biasa dipakai tempat bermalam bagi siapa saja yang sedang dalam perjalanan jauh.

Memasuki gerbang aula desa, di halaman aula terdapat tiga kereta dagang yang biasa ditarik kerbau atau sapi. Rupanya terdapat rombongan pedagang yang memerlukan menginap di perjalanan.

Ketika Ki Baskara dan Widura mendekati bangunan aula, seorang yang awalnya duduk-duduk bersama di atas bale beranjak menyambut dua bapak dan anak yang baru datang tersebut. Tubuhnya tegap khas penduduk desa yang sering melakukan kerja keras. Sesungging senyum ramah terlukis di wajahnya yang tersiram cahaya obor.

"Selamat datang ki, adakah yang bisa kami bantu? Saya pengurus aula desa ini," ucapan pria itu ramah.

"Terima kasih ki pengurus. Kami sedang dalam perjalanan dan minta ijin untuk beristirahat di aula desa ini," jawab Ki Baskara.

"Kami persilahkan ki. Kebetulan malam ini terdapat beberapa tamu yang juga bermalam di sini," pengurus aula itu menjawab sambil menunjuk ke arah sekelompok orang yang duduk bersama di atas bale besar.

Ki Baskara melemparkan pandangan ke arah orang-orang itu. Saat pandangan Ki Baskara bertemu dengan wajah-wajah anggota rombongan pedagang, mereka bertukar senyum.

"Wah, ternyata ada tambahan teman berbincang malam. Baguslah," salah satu orang dari rombongan pedagang berucap mencairkan suasana, membangun keakraban.

"Terima kasih undangannya," Ki Baskara menyahut dengan menampakkan raut muka yang juga penuh keakraban sambil memandang ke arah pengurus aula. "Tapi kami harus ijin membersihkan diri dahulu."

Pengurus aula segera mengantar Ki Baskara dan Widura ke area belakang aula, mempersilahkan dua bapak dan anak membersihkan diri. Setelah tubuh mereka terasa lebih bersih dan segar, Ki Baskara ikutan bergabung ke lingkaran obrolan para pedagang, sedang Widura hanya jadi pengamat yang baik.

Ternyata tiap kelompok pedagang ini terdiri dari tiga dan empat orang. Rombongan ini kebetulan bertemu di desa ini dan ketiganya mengarah ke selatan. Selain pemilik dagangan, beberapa dari mereka ada yang sebagai pengawal upahan atau orang kepercayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun