Setelah melewati malam yang segar karena turunnya gerimis, Widura dan Ki Baskara terbangun saat ayam jantan berkokok mendampingi hadirnya pagi. Ki Baskara membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tiba giliran Widura. Tidak lama berselang Ki sarwana, istrinya, dan anak gadisnya bergantian melakukan hal yanggg sama.
Ki Baskara merapikan bekal pakaian miliknya dan anaknya, lalu membungkus kesemuanya dalam selembar kain. Kunjungan mereka hanya dua hari dengan keseluruhan perjalanan dua hari, sehingga bekal yang dibawa tidak terlalu banyak. Setelah memastikan semua barang terbungkus rapi, Ki Baskara mengajak anaknya keluar dari bilik tempat tidur mereka.
Hari masih gelap walau langit timur mulai bersemu merah. Api penerangan rumah belum pula dimatikan. Di teras depan, Ki Sarwana telah menunggu tamunya di atas sebuah bale bambu.
"Silahkan Kang Baskara duduk dulu sambil menunggu yang hangat-hangat di sini," ujar Ki Sarwana mempersilahkan tamunya yang akan pulang.
"Oh terima kasih, adi Sarwana," jawab Ki Baskara singkat sambil menaruh pantatnya di atas bale bambu. Sementara Widura ikut duduk di sisi ayahnya.
"Bagaimana Widura? Kamu kerasan bermain-main dengan adik-adikmu?" Ki Sarwana bertanya kepada kemenakannya.
"Senang, paman. Di sini banyak teman," Widura menjawab.
"Tentu saja, karena desa Legang lebih besar daripada desa Ngalam. Tidak aneh bila jumlah anak yang seumuranmu juga banyak," sahut Ki Sarwana.
Tidak lama Nyi Sarwana muncul sambil membawa minuman jahe hangat. Kemudian anak gadisnya membawa makanan yang terbungkus daun pisang.
"Silahkan jahe hangatnya diminum, kang. Ini juga ada sedikit bekal untuk di jalan," kata Nyi Sarwana mempersilahkan kakaknya.
"Wah, pakai bekal segala, merepotkan nih," ucap Ki Baskara.