"Sebenarnya Kak Hani nggak menyebut nama Kak Hana secara eksplisit. Ia hanya bilang seorang cewek dari fakultas sebelah, begitu sih," jawab Dina. "Aku memastikan kalau cewek yang ia maksud itu Kak Hana ya barusan aja. Sesudah aku menemukan sesuatu. Kak Hani bilang kalau ia suka dengan kakak. Tapi, ia masih malu-malu untuk mengungkapkannya."
Hana terkejut. Walau ia sedikit banyak sudah menduga bahwa Hani memiliki perasaan seperti itu padanya, namun mendengarnya dari orang lain adalah perkara yang berbeda. Ah, seandainya...
"Kak Hani juga menceritakan tentang perjalanan kalian ke hutan," lanjut Dina. "Kak Hani bilang kalau ia sangat bahagia saat itu. Ia mengatakan kalau waktu-waktu bersama kakkak adalah momen yang sangat berkesan."
"Terus yang tadi itu, kamu menemukan apa?" tanya Hana.
"Saya menemukan ini," jawab Dina sambil menyerahkan sebuah kotak kardus kepada Hana.
Hana menerima kotak itu dengan perasaan penasaran. Dina kemudian berpamitan. "Saya harus pulang," katanya. "Terima kasih sudah mau bertemu dengan saya. Semoga Kak Hana baik-baik saja."
Hana menatap punggung Dina yang semakin menjauh. Ia merasakan sebentuk keharuan karena teringat Hani. Ia merasa sedih karena kehilangan orang yang ia sayangi.
Hana kemudian membuka kotak kardus yang diberikan Dina. Ia terkejut melihat topi hijau yang familiar. Di dalam kotak itu, terdapat sebuah foto kecil yang bergambar Hana dan Hani sedang berpose bersama Elang Jawa. Di balik foto itu, terdapat tulisan tangan, "Karena topiku dan seekor burung, aku menemukan kamu."
Hana terpaku. Ia merasakan emosinya kacau balau. Dadanya tiba-tiba terasa sesak dan matanya terasa panas. Semua momen indah yang pernah ia lalui bersama Hani mendadak bermunculan. Topi hijau itu yang awalnya membuatnya penasaran dengan pemakainya. Ia juga teringat bagaimana kali pertama berkenalan dengan Hani. Diawali dengan terjatuhnya topi itu di hadapannya saat Hani menolong seekor burung kecil.
Air mata Hana tidak bisa lagi dibendung. Ia baru saja menemukan kristal-kristal cintanya dalam diri Hani. Namun kristal-kristal itu kini menjadi kristal-kristal air mata kesedihan. Ia merasakan kehilangan yang mendalam. Ia mengingat semua kebaikan Hani, semangat Hani, dan kasih sayangnya yang ada dibalik semuanya itu. Bersama Hani harinya selalu ceria. Bahkan di pertemuan terakhirnya, Hani tidak menginginkan hadirnya sebentuk kesedihan dalam perpisahan.
Hani, kamu akan selalu ada di hatiku.