Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Cinta Hana dan Topi Hijau 3

3 Oktober 2024   07:04 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:15 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di hari kedua, Hana mendapat kabar yang mengagetkan. Dua orang relawan mengalami kecelakaan saat bertugas. Seorang mengalami luka berat, sedangkan yang lainnya meninggal dunia.

Hana terkejut dan panik. Ia segera mencari informasi lebih lanjut, mencoba untuk mengetahui identitas kedua relawan itu. Ia berharap bahwa Hani bukanlah salah satu dari mereka.

Namun, takdir berkata lain. Beberapa jam kemudian, Hana mendapat kabar yang menghancurkan hatinya. Relawan yang meninggal dunia adalah Hani.

Hana terpaku, dadanya terasa sesak,matanya berkaca-kaca. Kekuatan tubuhnya seolah mendadak hilang. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Hani, sosok yang mulai memenuhi segenap pikiran dan emosinya, sosok yang telah banyak mengenalkan warna di hidupnya, sosok yang selalu ceria dan penuh semangat, telah pergi untuk selamanya.

"Hani..." gumam Hana, suaranya bergetar. "Kenapa kamu harus pergi?"

Hana meneteskan air mata, mencoba untuk meredakan rasa sakit yang menghancurkan hatinya. Ia teringat semua kenangan indah yang pernah ia lalui bersama Hani. Ia teringat senyum Hani, kata-kata Hani, dan kebaikan Hani.

"Hani, apakah karena ini kamu melarang aku kangen kepadamu," isak Hana. "Aku tidak percaya kamu sudah pergi."

Hana merasa hancur. Ia tak tahu bagaimana harus melanjutkan hidupnya tanpa Hani. Lelaki itu kini sudah jelas  bukan hanya sekadar teman baginya, Hani adalah sumber inspirasi dan kekuatan. Dan sepertinya Hani juga telah menumbuhkan tunas rasa cinta di hatinya.

Hana menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba untuk meredakan rasa sakit yang mencabik-cabik hatinya. Ia berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk. Ia berharap bahwa Hani masih ada di sisinya. Tapi kadang kala sesuatu yang kita harapkan malah cuma menjadi mimpi, sedangkan yang kita harapkan hanya sebuah mimpi malah jadi kenyataan.

Seminggu setelah pemakaman Hani, Hana mendapat telepon dari nomor yang tidak dikenal. "Halo, ini Kak Hana?" tanya suara lembut di seberang sana.

"Iya, siapa ya?" tanya Hana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun