Hana bebicara perlahan penuh perasaan, "Sungguh menyedihkan jika makhluk yang indah ini sampai lenyap dari muka bumi."
Hani pun mengangguk setuju. "Semoga generasi mendatang bisa menjumpai mereka dalam kondisi yang lebih baik."
Tiba-tiba terlihat seekor Elang Jawa terbang melingkar di atas kepala mereka. Burung itu terlihat gagah dan perkasa, dengan bulu-bulu coklat kehitaman yang berkilauan. Ia mengeluarkan suara khas yang merdu, seolah ingin menunjukkan eksistensinya. Suaranya menggema memenuhi angkasa.
Hana terkesima. Ia menatap Elang Jawa itu dengan penuh kekaguman. Ia menikmati keindahan burung itu yang terbang bebas di angkasa. Ia jadi makin terharu melihat usaha para petugas untuk melestarikan makhluk eksotis ini.
Hani pun tersenyum, menikmati pemandangan itu. Ia berkata, "Lengkingan suara itu memang terdengar begitu agung. Tapi justru karena itu mereka jadi mudah ditemukan pemburu liar."
Hana berbisik , "Semoga burung itu bisa hidup bahagia di alam bebas,"
Hani menambahkan, "Semoga ia bisa berkembang biak dan meneruskan keturunannya."
Hana pun mengangguk setuju. Ia merasa bersyukur bisa menyaksikan pemandangan yang menakjubkan ini. Ia menikmati keindahan alam dan kehebatan burung yang katanya makhluk legenda ini. Ia juga menikmati kebersamaan dengan Hani, yang selalu membuatnya bahagia dengan cara yang tak pernah ia duga. Waktu yang ia habiskan bersama Hani, selain membahagiakan, juga memberikan sesuatu yang lain. Sebelum kembali ke kota, Hana dan pengunjung lainnya bergantian berfoto bersama seekor Elang Jawa yang sudah terlalu jinak, dan tentu saja berpose di beberapa titik lokasi dengan latar alam yang menakjubkan.
Setahun berlalu meninggalkan bragam warna dalam keseharian Hana. Kesemuanya itu menyeret Hana dan Hani dalam arus kesibukan kuliah. Jadwal kuliah Hana semakin padat, dipenuhi dengan tugas-tugas dan ujian. Sedangkan Hani, yang sudah memasuki tahap akhir perkuliahan, jadwalnya lebih longgar karena sudah mengarah pada penulisan skripsi.
Walaupun sibuk, mereka tetap berusaha menyempatkan diri untuk bertemu. Mereka masih sering menghabiskan waktu bersama di taman kampus, berdiskusi tentang urusan perkuliahan maupun urusan remeh-temeh, atau sekadar menikmati secangkir kopi di kafe kampus.
Suatu sore, Hana dan Hani bertemu di taman kampus. Suasana terasa nyaman, udara terasa lebih dingin, dan langit terlihat mendung. Tiupan angin lembab menyegarkan membuat siapapun ingin tidur. tapi sayangnya di suatu daerah di negeri itu situasi sedang tidak nyaman sama sekali. Terjadi sebuah gempa besar yang sampai membuat peristiwa itu disebut sebagai bencana nasional.