Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku yang Pisahkan

23 Oktober 2016   20:19 Diperbarui: 31 Maret 2020   02:37 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration/Source: Weheartit

Sayapku semakin kuat, atau dalam kata lain; perasaanku padamu semakin dalam. Aku tak peduli ukuran perasaanmu padaku, tapi penting bagiku kadar kebahagiaanmu. Terlebih ketika bersamaku. Berbahagialah dengan murni, Akha. Kemudian kubawa kamu terbang mengelilingi danau biru sampai wajahmu berseri sejernih air danau yang terpapar sinar matahari. Lalu berpisah kala bulan semakin mendekat.

**

Kalender baru, hitungan kesekian masa aku bersama kamu. Belakangan kuperhatikan sayapmu tumbuh, mengapa baru sekarang? Kita akan terbang bersama-sama, ketika sesaat itu datang, kupu-kupu di perutku melakukan hal yang sama. Mereka terbang dengan riang yang liar.

“Celaka Lore! Kisah sayap tumbuh itu hanya pada mereka yang sedang jatuh cinta! Ketika pasanganmu meninggal, sayap itu akan menghilang seiring kepergian pasangan kita, seperti Mama-mu ini yang sudah tak memiliki sayap.” aku risau, Ma.

"Jangan ceroboh, nak." Mama mendekapku.

~

Kamu tak pernah datang padaku lagi, baiknya kubuat kamu datang padaku dengan alasan. Aku tak kenal perempuanmu itu, tapi pertemuan kami kemarin menyenangkan sekali. Kamu ingin tahu ceritanya tidak?

“Kau apakan dia Lore?!!” bentakmu tetiba, akhirnya kamu datang.

“Tapi mengapa datang-datang bawa amarah, Akha?”

“Maafkan aku Lore, tapi kamu tak sepantasnya begini!” sendumu,

“Pergilah,” aku tak bercanda kala mengatakan itu, Akha. Cukup hanya kugunduli perempuan itu, kamu tak tahu kebakaran di hutan hatiku. Kamu, ah Akha, kamu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun