Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Pisahkan Saja Kalau Bisa

12 September 2016   11:52 Diperbarui: 31 Maret 2020   00:53 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration/Source: Weheartit

"Tidak, aku mau di sini saja, ah"

Ia pasrah, sembari tangan kanannya melanjutkan menyuapkan nasi goreng. Kalau kamu bilang gaya pacaran kami aneh, memang, aku sepakat dengan itu karena memangnya kenapa? Begitulah ia, beginilah aku, kutemukan Disa sangat berbeda dengan perempuan kebanyakan. Ia bisa mengimbangiku di segala pembahasan. Ia bisa menenangkanku, kala emosiku membara. Disa selalu cantik dan aku selalu tampan. Hahaha tidak.

Pulpen merah direbutnya, gantian ia mencoret-coret tanganku dengan sangat berantakan. Selera seninya sangat tak berkelas, tapi kubiarkan saja asal ia bahagia. Telapak tangan kami sama penuhnya dengan coretan, mungkin kami ingin mengekspresikan bahwa hati kami pun sama-sama dipenuhi oleh rindu, tak ada celah tanpa coretan (rindu). Tapi mengucapkannya dengan perkataan terlalu klasik.

Disa adalah perempuan tercantik yang memilih dirinya agak tomboy, entah bagaimana tapi aku suka Disa berpenampilan seperti apapun. Saat keluar dari kedai nasi goreng tadi, kami berpapasan dengan bencong yang sedang ngamen keliling, spontan Disa mengumpat "Anjir! Bencong! Ya nggak sih?" ia ketakutan, ia berniat berlindung di dekatku. Meskipun ia berlaga tomboy, sebenarnya ia masih perempuan. Kudorong Disa ke arah bencong itu saat kami sangat berpapasan, "Nggak takut ko nggak takut!" latah dalam kepanikan, menjadi bahan hiburanku menertawainya. Disa memukul pelan kepalaku "Pacar sableng" umpatnya. Masih dengan sisa tawa, kubiarkan ia berjalan di depanku. Aku senang memandangnya dari arah mana pun. 

Malamnya kuantar ia sampai gerbang asramanya, menenangkan ia dengan "Aku nginep di rumah temen ko," ia mengangguk. Menatapku bisu, sampai melambaikan tangan seraya memasuki halaman asramanya, akhirnya. Handphoneku low batt, dan subuh besok harus langsung pulan karena ada acara wajib di sekolah. Malam ini aku menginap di masjid terdekat. 

Sebelum subuh, beruntung handphoneku masih bisa menelpon Disa, kusuruh ia menemuiku di depan pagar. Tak lama ia datang, 

"Sini," ucapku. Ia mendekat ke pagar,

Kudekap disa sebisanya karena terhalang pagar yang belum dibuka petugas keamanan.

"Aku pamit pulang,"

"Hati-hati ya,"

"Jangan bilang hati-hati,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun