Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teror Penjual Kripik

16 Juli 2022   21:08 Diperbarui: 16 Juli 2022   21:24 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : liputan6.com

            "............." telepon langsung dimatikan begitu saja.

            "Duh, harus cepet balik ini. Ayah bakal marah sepertinya" ucapnya dalam hati

            Rusydi merasa tak enak hati. ia berpamitan pada teman-temannya yang sedang ayik bakar ikan. " Lho, mau kemana cuy. Udah malem banget ini, gak takut nyasar tah ?" tanya Mahmud

            "Darurat Mud, Ibuku belum pulang-pulang nih dari sore. Aku disuruh balik sama Ayahku" . Sahut Rusydi dengan cemas.

Rusydipun mulai menyalakan motornya dan melaju ke depan villa. Tanpa ia sadari, ekspresi patung dwarapala berubah menjadi tersenyum. Waktu menunjukan pukul 20.45, ia membuka google map di hp-nya. Rusydi tak ingat jalan pulang karena ia dibonceng saat menuju villa. Saat dibonceng, ia merasa ngantuk dan tak memerhatikan markah jalan.

 Berbekal arahan dari google map, ia mulai melaju sesuai rute. Jalan yang ia susuri berupa tanjakan dan turunan. Persawahan dan juga deretan rumah. Lambat laun jalan yang ia lewati mulai sepi dari rumah dan gelap.

"eh ini jalannya bener gak ya, perasaan gak lewat sini" gumam Rusydi dalam hati. Saat ia lihat rute di google map, jalan masih panjang ke depan dan berbelok-belok. Sedangkan sinyal handphone sudah 3G strip dua. Rusydi melanjutkan perjalanan dengan yakin.

Ia melewati jalan yang semula jalan berbatako menjadi jalan tanah. Kanan kiri mulai dihiasi pohon-pohon rindang sesekali lampu jalan yang redup. Ia terus melaju kedepan, setumpuk pikiran mulai muncul dikepalanya. Pikiran tentang Ibunya, jalan yang gelap, dan entah kenapa dia memikirkan penjual yang ia temukan di cangar.

Stttttt, sekelebat bayangan hitam lewat disamping. "apa itu woy" sentak rusydi kaget. "alah, mungkin cuman kelelawar lewat".Bulu kuduknya mulai merinding. Rusydi terus menarik gas motornya hingga melesat maju kencang. Sampailah ia di jembatan selebar dua meter yang hanya muat dilewati dua motor dari arah berlawanan. 

Sungai dibawahnya tak terlalu besar tapi rimbun oleh pepohonan dan di tengah jembatan itu ada lampu neon sayup-sayup. Rusydi terus melaju, bunyi decitan ban dengan lantai jembatan yang terbuat dari papan kayu tebal sangat kentara di telinga Rusydi. Lampu di tengah itu bergoyang-goyang dihempas angin. 

Udara mulai dingin, Rusydi mulai merasa tak enak. Ia ingin segera keluar dari jalan kecil yang payah dan seram ke arah jalan besar dan pulang ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun