"Lumayanlah buat nginap semalam hehe" Sahut Rusydi
Bangunan tanpa tingkat beratap limas dan pelatarannya cukup luas untuk menampung dua mobil. Gerbang masuk terdapat dua patung dwarapala sedang menyeringai dan melotot , patung raksasa dalam mitologi hindu setinggi satu meter, Pintu depan sangat estetik berukiran singa barong. Di dalamnya ada dua kamar satu ruang tamu dan dibelakangnya ada kamar mandi berdampingan dengan dapur.
Toiletnya sangat modern, ada kucuran yang bisa disetel panas ataupun dingin. Mereka pun masuk dan mulai menaruh barang-barang bawaan di kamar masing-masing.Â
Mahmud, Raka dan Rehan pergi ke teras meinggalkan Rusydi yang masih dikamar. Ia dengan teliti melihat interior kamar. Harap-harap tidak ada yang ganjil di matanya. Lalu ia naik ke kasur dan rebahan di ranjang yang empuk itu.
      Baru saja terpejam beberapa detik, ia bangun dan ingat bakar ikan. Langsung ia beranjak ke depan dan membantu temannya itu.
      "Rusydi, tolong ambilin gayung di belakang ya " perintah Raka
      "Sek, tak kebelakang dulu" ucapnya
      Saat ia mengambil gayung di kamar mandi, ia melihat cermin berbentuk oval persis seperti cerminnya di kamar Ibu. Sekelabat ada suara Ibu di pikirannya "Rusydi, Rusydi Nangndi?". Ia tetap fokus dan segera mengambil gayung. Dan untuk memastikan akhirnya, ia menghidupkan smartphone yang sedari tadi mati dan menelpon Ibunya.
      "Halo, Assalamulaikum, Halo". Selang beberapa lama kemudian ada jawaban dari smartphone ibunya tapi bukan Ibu yang jawab.
      "Waalaikumsalam, Rusydi ini Ayah. Kamu kemana aja?, ibumu lho sampe sekarang belum balik nyariin kamu anak semata wayang. Ayah baru pulang kerja ini. Tolong kamu balik secepatnya ya. Ayah juga khawatir sama Ibumu ini yang belum balik-balik" Jawab Ayah dengan penuh kecemasan.
      "Enggeh pak, Rusydi segera pulang ini, tadi diajak temen-temen ke pemandian"