Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teror Penjual Kripik

16 Juli 2022   21:08 Diperbarui: 16 Juli 2022   21:24 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah memastikan keamanan anggota. Raka memimpin maju kedepan diikuti motor Mahmud dan Rusydi. Mereka berempat menuju kawasan wisata cangar dan menghabiskan waktu hingga sore dan berencana menginap di Villa Songgoriti.

Jalan berkelok-kelok, cuaca berkabut dan pemandangan sawah baik di kanan dan kiri. Pemandangan yang asyik untuk dipandang. Tibalah mereka di pemandian air panas Cangar berdampingan dengan Taman Hutan Raya Raden Soerjo. 

Sebuah kawasan penghubung antara Kota Batu dan Mojokerto dimana para pengendara selalu ekstra hati-hati saat memasuki kawasan itu apalagi sering terdengar kasus kecelakaan tiap bulannya.

Rusydi, Mahmud, Raka dan Rehan. Mereka menikmati siang itu dengan dengan berendam di air panas. Sesekali cekikikan bercanda tentang masalah kuliah, dosen yang galak ataupun tentang pacar mereka. Kecuali Rehan, ia tak punya pacar dan hanya manggut-manggut mengiyakan dan tersenyum.

Matahari semakin redup, kabut mulai menebal. Para pengunjung mulai berniat pulang dari pemandian itu, begitupun mereka yang mulai bersiap-siap melanjutkan tripnya. Rusydi saat keluar gerbang pemandian tetiba dihadang oleh penjual  yang menggendong tas berisi kripik apel. Dia adalah perempuan kurus setengah baya, berambut hitam dan sebagian beruban, memakai kain kebaya lusuh dan bawahann kain batik. 

Tapi Rusydi merasa enggan melihat wajah perempuan itu karena satu matanya telah memutih karena katarak dan kulit wajahnya kasar, bibirnya pecah-pecah, giginya kuning serta di sebelah kiri pipinya kulitnya ada bercak coklat seperti pigmentasi. Menandakan usia yang tua dan jarang perawatan diri. Rusydi sangat malas melihat wajahnya karena ia merasa takut apalagi suara penjual itu agak serak-serak basah.

            "Monggo mas, niki kripik'e murah mas, minta tolong dibeli enggeh, tolong ya mas" ucapnya dengan penuh harap.

            Rusydi melangkah begitu saja tanpa ada seucap kata. Terlihat penjual itu nampak sedih, segembol tas berisi kripik masih penuh. Rehan yang merasa simpati, akhirnya membeli kripik itu walaupun cuma satu bungkus. Langsung saja, ibu itu nampak berkaca-kaca dan tersenyum.

            Mereka berempat lantas melanjutkan perjalanan ke Songgoriti. Rusydi diboncengi Rehan karena merasa capek, sedangkan dua yang lain dengan motor masing-masing.

Perihal tempat, Raka sudah memesan villa yang sedang untuk teman-temannya. Tak lupa Mahmud dan Rehan juga sudah membeli ikan di pasar batu untuk dibakar nanti. Rusydi yang terima jadi, cukup menikmati dan membantu alakadarnya.

            "Nah itu Villa kita, biasanya aku pesan disitu sama saudaraku, bagus kan rek?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun