Kami terus menyusuri jalan dan sadar kalau padang pasir bromo benar-benar luas. Sampailah kami ke area yang dipenuhi semak perdu yaitu bukit teletubbies. Karena merasa sudah capek kamipun memutuskan untuk pulang melalui jalur gubuk klakah Malang. Rasanya tenagaku terkuras habis saat mendaki bromo.
Tanjakan via Malang nampaknya tak securam  saat kami turun tapi jalannya agak sempit. Lambat tapi pasti kami sudah berada dipuncak . Komplek Bromo dan tetangganya pun sudah terlihat lagi oleh kami. In Sya Allah, aku akan kesini lagi ucapku dalam hati.Â
Dari situ kami kembali turun lagi dan disambut oleh kabut tebal lagi. Rupanya memang cuaca hari ini gerimis di Malang dan sekitarnya. Jalan Glubuk Klakah ini tak seluas jalanan via pasuruan. Tapi dari segi kecuraman masih kalah dengan yang di pasuruan.
Kami mulai turun dari pegunungan tengger perlahan-lahan. Jalanan pun tak kalah seram dimana kanan kiri berupa jurang ataupun perkebunan dengan kemiringan lebih dari 45 derajat.Â
Kok bisa orang sini menanam di bidang tanah semiring itu pikirku. Pemandangan silih berganti. Hutan ke perkebunan lalu hutan lagi kemudian perkebunan sayur lagi.
        Dari gubuk klakah turun ke poncokusumo, turun lagi ke tumpang dan berakhir ke tempat kami di Sukun Malang.
        Sekian cerita pengalamanku, sengaja kubuat untuk kenangan di kemudian hari  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H