Pukul 19:05 , Motor merah melintas dan mereka adalah Riski dan Rafi. Dari raut mukanya mereka tampak cemas.
      " kok baru dateng, darimana aja kalian ?" Tanya Ilman
      "lha justru kita nunggu Irham dan Mas Anis yang tertinggal dibelakang rek!"  Balas Riski.
      " Terus hasilnya gimana?" Tanya Ilman Lagi.
      " Kita udah nanya-nanya orang yang lewat tapi hasilnya nihil" sanggah Rafi.
      Kami semua mulai khawatir dengan dua teman kami, Irham dan Anis yang tak kunjung datang. Opsi berikutnya, kami mencoba menghubunginya lewat gawai tapi lagi-lagi percuma. Jaringan tidak ada sama sekali. Cafe yang ada didekat kami pun tak berfungsi wifinya. Dua orang rekan kami izin melanjutkan perjalanan karena ada acara dan mereka akan menghubungi Irham dan Anis jika sudah mendapatkan sinyal.Â
      Segala dugaan muncul dibenak kami. Alvian berpikir jika mereka putar arah lewat Sidoarjo. Ilman berpikir jika mereka tersesat dijalur hutan. Rafi berpikir jika mereka dibegal bandit hutan yang nongkrong diperbatasan hutan. Aku berpikir kalau mereka kehabisan bensin.
      Opsi selanjutnya, kami berusaha menanyakan pengendara yang melintas satu-persatu yang keluar dari area hutan. Tak mudah memang, karena banyak dari pengendara yang langsung tancap gas saat ditanya tanpa menoleh sedikitpun. Ada pula yang ketakutan saat ditanya oleh kami. Padahal kami bukan penjahat. Mungkin melihat temanku Alvian yang bertubuh kekar dan besar.
      Jam menunjukan pukul 19:32. Irham dan Anis masih belum kelihatan batang hidungnya. Rafi tetap konsisten bertanya pada pengendara yang melintas. Dan belum ada titik temu permasalahan. Semuanya nampak gundah dan galau. Bagaimana mereka mau kembali ke Batu? Sedangkan tuan rumah (Anis) belum ada kabarnya. Apa yang akan diucapkan orangtua Anis jika anaknya tidak ada kabar??.
      19:46. Setelah beberapa pengendara melintas ditanya, ada seorang bapak yang memboncengi istri dan anaknya. Mereka berkenan untuk ditanya dan menjelaskan ada orang yang menuntun motor dihutan.