"Itu sampah dari tadi pagi yang belum dibuang" Jawab Herman.
        Mereka mulai mengangkat sampah. Jodi memimpin didepan bagai tanpa beban , ia melenggang lebih cepat dari Nofal. Sedangkan Nofal tampak kesusahan mengangkat tong sampah setinggi pinggangnya itu.
        "Tungguin Jod, Ane ketinggalan nih!" teriaknya pada Herman.
        Sepertinya Jodi tak menggubris teriakan Nofal dan terus berjalan mendahuluinya. Nofal makin tertinggal jauh , ia berusaha mengejar tapi tak sempat karena beban yang berat. Ia menyusuri depan asrama yang tampak suram dan gelap. Asrama yang gegap gempita dikala siang nampak menyeramkan saat menjelang malam. Ditambah banyaknya pepohonan tinggi yang menyembul dari balik asrama. Nofal memalingkan muka dari asrama, ia seperti melihat sekelebat cahaya didepan asrama. Ia terus melaju kedepan mengikuti jodi yang kian lama makin hilang dari pandangan karena gelapnya jalan.
        "Emang dasar gak tanggung jawab si Bulis (baca ;petugas kebersihan pagi), kerja setengah-setengah. Mestinya dia dapet iqob (baca; hukuman) dari pengurus, huh jengkelin" Nofal tampak kesal.
        Nofal terus menyusuri jalan meskipun ia sudah kehilangan jejak jodi. Ia terus menyusuri jalan ke arah kamar Asatidz. Untungnya disitu ada sedikit pencahayaan dari lampu jalan yang digantung dipohon rambutan. Ia terus berjalan mencoba fokus memandang kedepan. Tapi sekelabat bayangan lagi-lagi lewat disampingnya. Ia tak berani menoleh sedangkan hatinya merasa penasaran   Dibawah terpaan lampu bohlam kuning, Ia mencium semerbak bunga melati yang sangat harum . Pikirannya mulai masygul, ia berkeringat antara lelah dan merinding ketakutan. Ia terus berjalan terus berfokus kedepan. Lagi-lagi bayangan itu lewat lagi disampingnya. Suara-suara anak ayam terdengar seakan-akan bertengger diatas dahan. Nofal menahan pandangannya dan bergegas ke tempat sampah. "Mudah-mudahan Jodi ada disitu menungguku" ucapnya dalam hati.
        "Gedebuggggg" ada yang jatuh didekat pohon nangka itu. Jika buah yang jatuh, itu tak mungkin. Suara itu sangat keras bagai barang jatuh yang berbobot lebih 50 kg. Nofal hampir tiba dan suasana makin mencekam, pohon kelengkeng disebelah kanan bergetar tanpa sebab. Nofal ditimpuk dari atas. Tepat mengenai ubun-ubunnya. Ia mulai ketakutan. Dengan gupuh ia membanting tong sampah itu dan segera mengangkatnya kembali. Semua sampah keluar, tapi ada yang aneh disitu ada benda menyerupai bola dan berbalut rambut kasar. Bola itu menggelinding ke bawah bercampur dengan sampah lainnya. Bau anyir tetiba tercium.
        "Itu gak mungkin kepala orang , pasti benda lain" ucapnya dalam hati. Sayangnya asumsi yang ia punya tak cukup kuat. Bau anyir itu semakin kuat dan ia melihat kedalam tong sampah ada bercak-bercak darah dan rambut-rambut hitam yang menempel kering didinding tong.
        "Arrrrgh, Jodiiiiiiiii, Jodiii" Ia sangat kaget dan memanggil rekannya itu.  Hasilnya nihil, Jodi bahkan tak jelas kemana. Dia hilang dalam kegelapan.
        Nofal lari menuju asrama penuh ketakutan. Ia lari setengah berkedip dan itu percuma, justru makhluk halus itu malah semakin menjadi-jadi. Mereka memadatkan dirinya agar terlihat Nofal. Sekelebat bayangan putih itu menghalangi jalan si Nofal, pelan tapi pasti bayangan itu memadat menjadi jubah putih. Sosok itu malah tertawa "Hiihhiihhihhiihii". Nofal mulai takut dan agak jengkel  "kuntilanak kurang ajar"
        Entah kenapa asrama nampak seperti rumah hantu ,gelap , suram dan angker.  Dia melihat sosok putih tinggi diatas atap asrama. "Astagfirullah , apa lagi itu yang nangkring" ucap Nofal pada diri sendiri. Sontak ada seseorang memanggil dari arah asrama.