" Ini pasti jadi puisi yang menarik , penonton pasti suka dan terhibur ! Hahahhahahha , tunggu aja ya penonton " Kini ia tertawa kecil bagai orang kesurupan.
      Keesokan harinya Fandi berlatih dengan penuh enerjik dan antusias . Ia sangat yakin dan haqqul yakin akan bisa menghibur penonton . Jam menunjukan pukul 06.00 WIB , waktu yang sangat dini untuk pergi kekelas , karena saat itu kebanyakan santri pergi mandi dan istirahat sejenak selepas mengaji shubuh
      "Semangat banget ente Fan , masih pagi begini juga , mau kemana sih? " Tanya Omen , salah satu  teman kamar Fandi .
      "Mau ke kelas , mau latihan nih men ! kenapa emang? Mau lihatkah ? Hayukk!" Jawab Fandi dengan yakin.
      "Santai aja kali Fan , emang ente gak mandi dulu gitu "
      "Urusan mandi mah nomor dua yang penting ane harus tampil sempurna nanti tanggal tujuh belas "
      Omen hanya menggeleng-geleng kepalanya , tak paham dengan pola pikir temannya ini.
      Menjelang malam disaat sebagian santri belajar bebas dan bercengkrama  satu sama lain , Fandi melakukan sebaliknya . Ia terfokus pada satu hal yang sangat urgen baginya yaitu  berlatih puisi.
      Fandi mencari kelas yang terletak diujung bangunan ,demi kenyamanannya juga kekhusu'annya . Ia berlatih gestur juga mimik yang akan dibawa nanti.
      Latihan secara instensif  itu ia lakukan selama seminggu sebelum hari kemerdekaan . bahkan banyak santri yang kagum akan kesungguhannya .
      Salah satu anggota paskibra pun sangat terkagum-kagum . Bagaimana tidak , ia tak akan berhenti berlatih sebelum Paskibra berhenti juga .