Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namanya Si Jurig

18 Juli 2020   09:57 Diperbarui: 28 Juli 2020   14:31 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by ayosemarang.com

            Di hari berikutnya , seisi sekolah mulai menggunjingnya  bahkan ada yang mengejeknya . Saat masuk lorong diantara dua ruang kelas dan ruang guru, terdengar sahut-sahutan “ Heh ada Jurig lewat , minggir-minggir !” . Lagi-lagi Fandi menghiraukannnya begitu saja .Namun saat ia mulai berbelok  ia terjatuh tersangkut tali yang dipasang diantara kedua tiang sehingga lutut Fandi  tergores terkena pot besi pinggir kelas . Dan ia masih bisa tersenyum meski dijaili sedemikian rupa.

Setiap pandangan siswa-siswi makin aneh padanya . Hal itu diperkuat oleh rumor yang disebarkan oleh tiga serangkai bahwa Fandi anak Indigo. Saat jam kosong pelajaran , Fandi seperti merapal sesuatu dari balik laci mejanya.  Dan tangannya mulai melambai-lambai . Semua gerak geriknya diperhatikan oleh tiga serangkai bahkan sampai divideo oleh Rifki dengan gawai samsungnya .

            “Jin pohon waru , alangkah baiknya jika kita berunding untuk dengan para pembesar desa ...... “ Fandi bersuara pelan dan lirih menatap kosong ke depan kelas.

            “Woi , si jurig ! kamu ngomong sama siapa sih, jangan-jangan kamu indigo ya “ Ujar Iffan mulai memanaskan suasana di kelas.

“Apa mungkin kamu keturunan jin, kalo gitu mending gak usah sekolah disini . Sini itu alam manusia “Seru Rifki.  Kelas makin riuh dan mulai muncul keributan. Disana- sini siswa-siswi kelas 12 B mulai mencibir Fandi dan menatap aneh padanya.

            “Jangan bikin angker kelaslah fandi! , sikapmu itu lho , bikin geger kelas “ Sahut perwakilan siswi yaitu Hapshoh sambil berkaca pinggang.

            “Iya betul , Huuuuuuu “ suara koor sebagian penghuni kelas menggema.

            “Hahhahahhahahhahahha “ gelak tawa fandi memecah ketegangan kelas dan menambah bingung para penghuninya. Sampai suatu ketika Pak Nanang  datang mengintrupsi kelas dengan pelajaran sejarahnya. Hening dan tenang sampai bel pulang sekolah berbunyi. Munib yang sudah tau hanya tertawa kecil melihat reaksi teman-temannya terhadap Fandi.

            Keesokan harinya Fandi tidak masuk kelas . Tapi gunjingan terhadapnya makin deras sampai-sampai bangku tempat duduknya diberi label bangku jurig oleh tiga serangkai .

            “Betul-betul menyebalkan tingkah mereka , ingin kutimpuk kepalanya satu persatu “ gumam Munib dengan kesal.

            “ Nah , mungkin sekarang dia lagi bersemedi di Gunung Karang , Hahhahah “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun