Di perjalanan pulang ke rumah , siswa-siswi memperhatikannya dengan penuh telisik , tapi sekali lagi Fandi menganggap angin lalu saja tanpa berpikir macam-macam .Saat jalan mulai sepi ia kembali mengoceh sendiri seakan-akan meladeni seseorang. Nampaknya ada yang menyusulnya dari belakang dengan bersepeda.
” Oi , tumben pulang sendiri dia fan” sahut pesepeda itu.
“ Aku harus cepat pulang Munib , Soalnya aku mau latihan “ Jawab Fandi.
“ Oalah latihan apa emang ? “
“Kalo mau tau , silahkan ikut aku ke rumah Nib , mau enggak ? “ ajak Fandi pada temannya satu ini.
Akhirnya ajakannya ia penuhi . Selepas berganti busana Munib langsung tancap gas ke rumah Fandi . Sesampainya dirumah Fandi lalu ia mengajaknya ke pendopo desa . Terlihat beberapa orang menunggunya , ada yang berpakaian hitam juga mengenakan topeng . Ada yang bersimpuh ada juga yang berdiri sambil memegang secarik kertas dan ada pula yang sekedar duduk dibangku memperhatikan lainnya.
“ Jadi sebenarnya kamu ikut latihan drama fandi ?”
“Hmmmmmm , bisa dibilang teater Nib hehehehe . Teater Sanggar Wanasalam punya kerabat nenekku , aku dipilih menjadi salah satu pemainnya dan dalam waktu dekat lagi akan mengikuti lomba teater di provinsi “ Kata Fandi dengan semangat.
“Tak kusangka rupanya kamu selama ini ,orang yang berlagak aneh , ngomong sendiri seperti dukun , sampai-sampai teman-teman memberimu gelar si jurig adalah anggota teater di desa , betapa bangganya aku punya teman sepertimu Fan..... “ timpal Munib.
“Hhehhehehe bisa saja kamu Munib Rosadi anak bapak Idun, berhubung kamu sudah tau hal ini tolong jangan kasih tau siapa-siapa sebelum kami tampil ya , dan juga jangan lupa doakan aku ya Nib “ sahut Fandi tersenyum dan tangan terkepal.
................................